Jumat, 25 Maret 2011

Perempuan-Perempuan Masa Silamku

Standard
Setiap inchi kehidupan yang terlewati menyimpan beribu kenangan yang tak bisa dilupakan. Bukan berarti setiap orang ingin mengingat dan membuka setiap berkas kehidupan yang pernah dia jalani untuk sebuah keterpurukan. Melainkan membuka dan mengingat memori yang pernah ada. Tentunya bermacam cerita antara kebahagian dan kepedihan, ataupun pengkhianatan dan janji suci. Semuanya  melebur menjadi sebuah bingkisan indah kisah dimasa silam. Begitu pula denganku, berbagai cerita hadir dan menemaniku dalam guratan waktu yang terus bergulir. Begitu indah cerita yang memebuatku terpana, betapa sakit rasa yang membuatku terpuruk dalam lubang kenistaan. Namun bagiku semuanya adalah pembelajaran.
Begitu banyak cerita, begitu banyak warna yang tersirat dalam arti sesungguhnya. Sedikit bercerita tentang masa laluku dan perempuan-perempuan yang pernah mengisi kekosongan hatiku. Seberkas sinar yang mereka bawa dan mengajariku bagaimana caranya mencintai dan dicintai seseorang. Menjadikan aku sebagai manusia yang beruntung diatas semua hal dengan kekuatan cinta dan kasih yang tiada tara. Ketika duniaku mulai gelap tak kurasakan lagi secercah sinar sedikitpun datanglah seseorang bidadari dengan kepakan sayapnya yang mengulurkan jalan menuju kedamaian diatas pelangi bersamanya. Perempuan itu adalah dia (Lala) aku sering menyebutnya demikian. Gadis yang membuatku bertahan dalam perih yang mendera.
Pagi Berdua di Puncak Gunung Bromo Malang, Jawa Timur

Entah bagaimana ini bisa terjadi padahal semuanya terasa tidak mungkin bahkan terlalu tinggi untuk menggapai perasaan dan hatinya. Bahagia dan beruntung sekali walaupun aku tak bisa mendapatkan cinta dan kasihnya. Satu hal yang pasti aku dapat petik dari sini, dialah yang telah membawa aku pergi dari lubang gelap keterpurukan dengan sayap-sayapnya yang terus mengepak. Kini aku hanya bisa mengingat dan membongkar semua memory tentangnya, tentang seorang gadis yang berhasil membawaku jauh dari penat dan gulana yang menguntit. Aku berterimakasih akan semua hal yang pernah engkau bawa untukku di masa-mas sulitku waktu berseragam putih abu-abu.
Berbeda dengan Lala, satu lagi kisah yang pernah aku rajut diatas pusara bumi ini yaitu dengan dia Anita Faizatun Magfiroh (sekar ayuning ratri). Dia adalah adik kelasku, awal mulanya tiada kutahu dan mengerti semua bisa terjadi. Seperti apa yang banyak orang bilang bahwa cinta itu datang dan pergi tnpa kita ketahui kapan mula dan akhirnya, berlalu begitu cepat dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun dan dengan siapapun. Seperti itulah rasa cinta itu mulai muncul dan menyelinap diantara koridor hati yang gelap. Mula-mula muncul, mengalir dan mendarah daging bersama aliran darah yang mengalir dalam tubuh ini.

Anita faza aku biasa menyebutnya, entah apa yang bisa aku lakukan dan berikan untuknya hanyalah perasaan dan hati untukknya. Kepercayaan dan saling menjaga, tak lebih dari itu. Gadis yang dengan rela hati aku tinggalkan ke daerah yang berbeda hanya untuk menempuh studi S1 ku. Inilah kali pertamanya aku melakukan LDR (Long distance relationship). Berat memang jauh dengan orang yang kita cintai. Tapi ketika cinta dan komitmen telah berbicara aku dan dia hanya bisa menerima sekaligus menjalaninya. Terkadang perasaan rindu yang menggebu dan meronta tiba-tiba muncul ketika ku melihat sepasang kekasih sedang berdua bercanda tawa dan berbagi kasih. Tapi apa daya aku ada jauh disini, sedangkan dia ada disana terpisahkan jarak antara aku dan dia. Hanya saja kecangihan jaman yang cukup membantuku untuk mengobati rinduku padanya. Suara lirih dan tawanya renyah yang terdengar dari balik telepon yang bisa sedikit mengobati rasa ini.
             Entah apa dan kenapa hubungan yang ku retas bersamanya begitu saja berakhir tanpa alasan yang jelas. Berakhir beitu saja! Sampai saat ini, apa yang membuat hubunganku berakhir dengannya hanyalah tinggal sebagai sebuah pertanyaan besar yang menyelundup di benak pikiran ini. Padahal usia hubungun kami tidaklah terlalu muda dan terlalu cepat untuk berakhir. Menginjak usia satu tahun ketika komitmen tersebut terucap dari kedua bibir kami semenjak kami melakukan hubungan jarak jauh. Entah ada angin badai apa yang berhasil memporak-porandakan hubungan kita berdua. tapi yang pasti terimakasih untuk kesempatan yan telah kau berikan untukku berbagi manis dan pahitnya kehidupanku yang pernah ada dan terjalani. 
 
 
Bogor, 26 Maret 2011


0 komentar: