Minggu, 20 November 2011

Dilema? Entah!!!

Standard
Jalanku terhuyung
Lemah menapaki lorong-lorong sempit landai
Meninggalkan tapak-tapak jejak kosong
Kiri…
Kanan…
Hingga, tapak lemahku terhenti dalam suatu bentuk,
Hariku adalah namamu. Hari-hari akhir yang kutuliskan tak lain hanyalah namamu. Menggurat di atas samudera pengharapan yang tandus dan terjal. Entah berapa purnama yang telah terlewati sejak itu. sejak pertemuan pagi itu. mentari memerah menyala, menerangi gelap dan pekat yang menyekat. lakumu, tawamu, candamu adalah mentari. Seringaimu ku anggap tak lebih hanyalah rayuan sang kembang pada sang kumbang untuk singgah.
lakumu yang cantik…
tawamu yang eksotik…
candamu yang nyentrik…
telah menghias kendali purnama yang telah lewat,
Entah ada apa dengan perubahan 180 derajat, entah berubah atau sengaja mengubah. malam-malam yang tak lebih dari satu purnama terasa indah berhias kesejukan tulis manjamu. Kini tiada lagi datang. kini tiada lagi mengalir. Hanya kekosongan yang mengalir pada ujung malam. Atau munglkin hari—hari akhir ini telah mengalir berita itu pada kedua telingamu yang kecil menggantung. Berita yang memang seharusnya ku ungkap dan kutuangkan padamu. Tentang ceritaku dengan dia, untuk hari-hariku yang telah terlewati dengannya. Namun, egoku lebih tinggi menjadi nahkoda atas kendali yang ada pada diriku. Entah suatu kewajaran atau entah apa namanya. Aku tak ingin bercerita padamu tentng berapa purnama yang telah berhasil kugenggam bersamanya. Karena satu hal, satu alasan yang tak perlu lagi untuk dijelaskan.
Entah kenapa para malaikat-malaikat itu menghunuskan rasaku untukmu. Apakah mata para malaikat telah di butakan dengan kecantikanmu yang menyala? Padahal para malaikat telah tahu kalau saat ini aku sedang merangkai hari bersamanya. Meskipun ikatanku dengannya tak sekuat tali baja penangguh bangunan menembus cakrawala.
entah rasa apa yang telah menghunus hatiku
tak dapat kujabarkan
tak dapat ku uraikan
meski dengan kata-kata para pengembara gurun berprahara
Akankah ada badai dalam perjalanan singkat ini. perjalanan yang akan menghangus lantahkan kaki-kaki lemahku yang tak mampu untuk berjalan sendu. Apa yang ada kini jauh dari harapan yang telah tercipta dalam babak baru kehidupanku. Sekali lagi dibalik pikiranku yang selalu di penuhi siksa dan harapan selalu hadir bayangmu dan bayangnya. Akhir-akhir ini, sedihmu adalah sedihku. Ketika melihat sebuah deretan status yang indah aku bahagia melihatnya. Namun sebaliknya jika kau bersedih aku juga turut merasakan apa yang engkau rasakan.
Tuhan tolong jelaskan padaku akan apa yang terjadi ini,
Jelaskan padaku tentang cerita ini,
Tolong aku Tuhan…..

Bogor, 20 November 2011

Rabu, 16 November 2011

titik dan koma hidupku

Standard
Untuk hari kemarin dan detik yang telah terlewati. Tak dapat diulang dan diputar mundur. Esok dan satu detik ke depan tidak dapat ku ketahui dan ku terka sedikitpun. Hanya masa lalu, harapan yang mambahana menjadi penugasa atas diri yang tak punya kuasa apa-apa. Terkadang aku harus berhenti dan terhenti sejenak bahkan lama hingga membuatku jenuh. Itulah titik dalam kehidupanku, namun titik bukan berarti berhenti untuk selamanya, tiada nafas dan tak bergera sedikitpun. Terkadang ada jeda, itulah koma dalam hidupku. Jenuh dan muak untuk mengarungi bahtera kehidupan yang terasa menghimpit dan menyudutkan. Saat itulah aku sadar harus berhenti sejenak dan menunggu momentum yang tepat untuk kembali "beraksi". Kadang roda berada diatas, terkadang juga rodaku berada dibawah. Itulah.... titik dan koma hidupku, mewarnai dan merajai... hha omong kosong (karena yang nyata dapat menjadi ilusi dan yang ilusi bersambut nyata)

Selasa, 08 November 2011

Bukan Aku

Standard
Hari-hari yang kulewati kini tak lebih dari nilai seonggok sampah dipinggiran pasar. Menebarkan bau busuk dan tak bernilai sama sekali.  Entah apa yang ku alami kini di bawah kesadaran yang masih terpatri dalam jiwaku. Sebenarnya apa yang terjadi pada aku ku Tuhan? apa yang telah engkau berikan padaku saat ini? Tuhan aku tak sanggup jika harus seperti ini terus menerus, aku akan hancur berserak tanpa daya. Sudah satu minggu lebih lamanya aku merasakan hal yang tak bisa ku ungkapkan dan kulukiskan dalam kata-kata. Lidahku kelu untuk mengucap, sikapku berubah 180 derajat. Kepada siapa saja, kepada mereka yang mewarnai hari-hariku, apalagi kepada mereka yang belum ku kenal sama  sekali. Aku butuh penjelasanmu Tuhan, aku tak sanggup jika harus lebih lama lagi seperti ini. Berada pada suatu tempat dan waktu yang asing bagiku. Aku yakin diriku sekarang ini bukanlah aku, diriku sekarang ini bukanlah aku yang sutuhnya, diriku sekarang ini adalah orang lain. ragaku memang asli, namun jiwa dan pikiranku sebenarnya bukan aku. Aku yakin itu, yakin seyakin yakinnya bahwa ini memang bukan aku.
Semua yang kulakukan akhir-akhir ini bukan kemauan dan kendaliku. Aku, Arghhhhhhh….. tak dapat lagi aku berujar dengan mantra kosong tanpa arti. “Hei, siapakah gerangan engkau yang menaungi jiwa dan ragaku ini, cepatlah kau keluar dan pergi jauh dari kehidupanku!”. “Apa yang kau minta dariku, sehingga kau begitu kejam membuatku seperti ini? tak cukupkah kau membuatku menderita seperti ini?” Semua yang kulakukan hanyalah kosong. Tak ada makna yang terkandung dalam setiap langkah dan jejak yang tercipta. hanya saja ketidak tahuan yang mengakar pada kebingunganku sendiri.
Tuhan, aku ingin lepas dari belenggu ini. aku ingin lari dan hilang dari semua ini. hari-hari yang tak dapat aku cerna meski kesadaran yang kucipta telah memagutku. Aku ingin bebas, aku ingin kembali lagi seperti dulu, aku ingin ceria, aku ingin tersenyum seperti aku (aku yang dulu). Tegar dan kokoh meski goncangan yang Engkau berikan padaku mampu meruntuhkan Jabal Nur dan menghentikan aliran Sungai Eufrat karena kau ada selalu dalam ridhomu. namun, semuanya kini nampak begitu nyata dan berbeda Tuhan. Aku lemah, aku rapuh, aku tak berdaya menghadapi apa yang engkau berikan, meskipun itu kecil.

Tuhan jawablah semua doa-doaku…
Tuhan bicaralah…..
Tuhan bicaralah….
Aku tak sanggup Tuhan,
Aku tak sanggup jika harus seperti ini….
Again, again and again…
It’s hurt me….
Tuhan semoga Engkau tak tuli…
Aku yakin Engkau tak tuli Tuhan,
Engkau Maha Mendengar…
Aku tahu itu….

Bogor, 11 Oktober 2011