Jumat, 01 April 2011

Jika Matahari Enggan Menjemput

Standard
Ketika pagi mulai menjemput. Menggantikan malam dengan sebongkah sinar sang surya yang mulai menyibak kabut diatas belantara gelap yang menguntit. Pagi, pertanda semua aktifitas rutin untuk setiap hari akan dimulai. Pertanda matahari akan muncul kepermukaan setelah tertidur sejenak dari tempat peraduan.  Sinarnya yang terang adalah sumber utama semua kehidupan, tumbuhan hijau, ibu rumah tangga, semut yang setip harinya senang bergerilya tatkala sinar membasuh muka bumi untuk mencari mangsa, ayam yang selalu bercumbu ketika matahari mulai terik diatas kepala, dan semua hal yang senang dan bersyukur atas sinar yang telah matahari berikan untuk dunia ini. Betapa penting dan sentral sesosok bola pijar panas yang kerap disebut matahari. Sungguh karunia terindah dan teragung dari Sang Kholikul Alam, Dzat pencipta yang tiada sekutu baginya.
Pernahkah kita berpikir? Jika suatu saat nanti sumber kehidupan itu tiada? Pernhkah kia berpikir sejauh itu? Coba bayangkan saja jika matahari tidak menampakkan dirinya untuk sehari saja. Apa yang akan terjadi? Mengertikah kamu apa yang akan terjadi pada nantinya? Semuanya akan berputar pada porosnya, hanya di satu titik disuatu tempat. Hanya ada kegelapan, kegelapan, kegelapan dan kegelapan dimanapun kita berada. Tak ada sumber cahaya energi kehidupan dimanapun. Dipuncak Mount Everest ataupun di puncak tertinggi Menara Eiffel, Paris sekalipun.
Manusia  pasti mengeluh bahkan mengumpat habis-habisan dengan kata-kata kasar  khas yang mereka miliki. Hari itu juga pasti akan menjadi hari yang mencapai puncak keimanan sebagian manusia untuk mendekatkan diri pada illahi rabby, atas ketakutan dan dosa-dosa yang telah mereka perbuat dan takut masuk kedalam neraka yang begitu merah membara. Takut akan tiadanya kehidupan untuk hari esok yang barangkali belum tentu mereka temui kembali. (hahaha dasar manusia, kalau sudah dekat ajal barulah ingat pada sang pencipta dan memohon ampunan yang tak bisa dibendung lagi). Bukankah pencapaian yang akan kalian harapkan itu sia-sia?
Jika matahari jadi tak muncul, aku yakin pasti akn banyak korban yang berjatuhan. Puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan sampai trilyunan nyawa akan melayang begitu saja. Mengalahkan dahsyatnya kematian korban perang dunia pertama dan kedua. Bisa juga hal ini akan tercatat didalam Guines Record Of Tata Surya. Apa kalian tak percaya? Mungkin kalian (pembaca) hanya menganggap sebagai kelebay-an dari penulis yang notabene menyabet gelar pengurus ter-alay pada kepengurusan CSS MoRA IPB tahun ini (2010/2011) semata. Sebuah penegasan, bahwasannya hal ini bukan karangan dan tidak mengada-ada, bukan fiktif semata. Hal ini didasarkan pada uji hipotesis yang abash dan akurat melalui peramalan dan peluang kehidupan dan juga didasarkan atas wangsit dan tapa selama tujuh hari tujuh malam di gua selarong tanpa makan dan minum. Daripada kalian tidak percaya lebih baik akan saya jelaskan melalui rumus yang sederhana ini.
Asumsikan bahwa :
Tidak ada Matahari = Malam
Deskripsi singkat : Ketika malam tiba para hewan malam mulai bekerja sesuai profesi (ada paduan suara, mencai makan, nongkrong, vocal group, dan lain-lain)

Malam = Hewan bekerja terus tanpa henti
Deskripsi ; Hewan-hewan menegerahkan seluru kemampunnya untuk bekerja semaksimal mungkin untuk menghabiskan seluruh energinya mencapai apa yang dicita-citakan malam itu. Karena waktu yang mereka miliki sangatlah singkat sebelum matahari pagi menampakkan sinarnya kembali.
Hewan Bekerja tanpa Henti = Peraturan Perundangan Hewan NO. 28 Tentang Kewajiban Hewan Malam.
Deskripsi : Peraturan perundangan no. 28 berbunyi “Kewajiban hewan malam untuk melakukan kegiatan ketika malam hari tiba secara maksimal tanpa henti dan DILARANG kembali lagi kesarang sebelum matahari terbit, dengan alasan atau kepentingan apapun. Jika terjadi pelanggaran diatas akan dikenakan sanksi tidak boleh keluar malam selama tujuh abad dan di usir dari sarang ketika matahari mulai terbit”
Matahari Tidak Terbit = Peraturan Perundangan No 28 Berlaku
Deskripsi : Ketika matahari pagi tidak terbit maka peraturan perundangan  berlaku dan para hewan dengan energy yang sudah tidak ada (habis) harus tetap menjalankan kewajiban yang sudah tertuang dalam perundangan tersebut, tanpa alasan apapun dan komplain sedikitpun. Hal ini berarti akan terjadi kerja mereka ditambah 12 belas jam lagi (mereka akan bekerja selama 12 jam tanpa energy sedikitpun yang tersisa).
Peraturan Perundangan Hewan No 28 = Kematian
Deskripsi : Bekerja tanpa energy sedikitpun dan terforsir akan berujung dengan kematian yang tragis. Hal ini dikarenakan tidak ada suplainya asupan energy untk melakukan kerja sehingga mereka akhirnya lelah, pingsan dan akhirnya mati.
Jadi hipotesis yang saya (penulis ajukan) TERBUKTI dengan pertimbangan dan rumus sederhana diatas akan terjadinya kematian masal yang mengerikan dan mengalahkan rekor perang dunia pertama dan kedua. Hal ini mengacu terhadap kuantitas hewan malam yang hidup didunia ini sangatlah tak terhitung jumlahnya. Sehingga kematian yang disebabkan oleh tidak munculnya Matahari sebagai sumber kehidupan adalah sangat banyak bahkan tidak terbatas trilyunan bahkan sampai tak hingga jumlahnya. Apakah kalian masih tak percaya? Semoga saja tidak!
Inti dari pembelajaran ini adalah bersyukurlah kalian atas nikmat yang telah Sang Kuasa yang telah memeberikan secara Cuma-Cuma tanpa membayar sepeserpun. Masih bisa menikmati indahnya pagi ketika matahari terbit di ufuk timur. Tambahlah ibadah dan ingatlah selalu kepada Dia (Sang Pencipta) kehidupan yang hakiki. Karena kita hanyalah kumpulan benang rantas yang juga koyak kelak. Bukan Tuhan yang butuh kita, tapi kita yan butuh Tuhan! Camkan dan renungkan dipikiranmu sampai tingkat ketujuh. Semoga bermanfaat…. Hahaiiii

0 komentar: