Jumat, 21 Desember 2012

Sebait Renungan (Menjadi Lebih Baik)

Standard

Adakalanya kita merasa bangga dan tertawa lepas, selepas-lepasnya. Mengabaikan mereka yang ada disekitar kita. Acuh, masa bodoh dan bahkan membusungkan dada lebih tinggi. Adakalanya juga kita merasa kecewa dan dikecewakan. Tertunduk lesu tanpa ekspresi sedikitpun. Memandang mereka yang ada disekeliling kita hanyalah musuh. Kenapa itu terjadi? hal ini tak lepas dari arogansi yang menyelimuti selaput mata kita. Hingga semuanya terlihat salah dan tak patut untuk digandeng duduk bersama. Semua orang pasti pernah merasakan apa yang dinamakan dengan kekecewaan itu. Entah menjadi bagian yang dikecewakan atau justru sebaliknya, menjadi bagian yang mengecewakan.

Terlepas dari siapa yang salah dan patut dipersalahkan. Disini ada satu titik point penting yang seharusnya menjadi guru baik dalam menjalaninya. Bukan malah dijadikan sebagai penghimpit dan penghalang yang akan mengekang dalam keterpurukan. Sejauh mana rasa sabar yang kita miliki? Sejauh mana keberanian kita untuk tetap maju dan berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya? Bukankah tidak ada yang tdak mungkin di dunia ini. Semuanya adalah mungkin dan pasti akan terjadi dengan catatan bagaimana kita untuk berusaha bangkit dari keterpurukan. Lupakanlah kekecewaan itu, biarkanlah menguap bersama awan yang membumbung tinggi. Ingatkah kita semua pada Kartini? Ketika Kartini berkata “Habis Gelap Terbitlah Terang”, ini saatnya untuk bangkit dan menjadikan semua masalah yang ada sebagai batu loncatan yang bakal membawa kita ketempat yang lebih tinggi.
Bagaimana cara kita bersikap, bagaimana kita memposisikan diri dalam keadaan sulit ini, bagaimana kita melupakan masa lalu dan mencoba membuka tabir baru yang belum pernah orang lain sentuh selain kita. Tahukah apa yang akan terjadi saat kita kecewa? Benar sekali, suatu masalah baru yang akan muncul. Dan kita sebenarnya harus menanggapi dengan tenang, karena yang namanya masalah itu tidak akan pernah hilang, sebelum kontrak kita berakhir di dunia ini. Lari dari masalah bukan merupakan solusi, karena masalah itu hanya akan hilang sebentar saja, setelah itu justru masalah kita akan bertambah banyak. Karena masalah yang lama belum hilang dan masalah yang baru juga keburu datang. 
Semakin berat masalah yang kita hadapi harusnya membuat kita dewasa dalam menghadapi hidup. Bahakan lebih jauh lagi bahwa saat kita mendapatkan masalah tersebut kita akan mengeluarkan kemampuan terbaik kita, dan yakinlah pada saat itu semua semesta raya mendukung atau lebih terkenal dengan teori mestakung. Jadi sebenarnya dengan kita dihadapkan pada kondisi yang sulit maka seluruh kemampuan dan potensi kita akan tergerakan untuk keluar dan kemampuan tersebut bisa teraktualisasikan. Sehingga bila kita berhasil menyelesaikan masalah tersebut, artinya kita sudah bisa menjadi problem solver atas masalah yang dihadapi.
Jangan takut dalam hadapi masalah, cobalah mengakrabi masalah tersebut, dan cobalah berteman dengan masalah, karena esensi seorang teman akan membawa kita ke arah yang lebih baik pula, begitupula masalah, bila kita jadikan teman, yakinlah bahwa ia akan membawa kita ke kondisi yang lebih baik. Ingat sebuah pesan bahwa seorang nahkoda yang hebat lahir dari ombak yang besar. Daripada berteman angin malam (kaya lagu) lebih baik berteman dengan masalah.

Kamis, 20 Desember 2012

I Hate Today (Pasti Ada Hikmah Dibaliknya)

Standard
            Jujur, hari ini entah ada apa? mungkin ada yang salah dengan rentetan waktu yang dilalui dari detik menuju menitik hingga berevolusi menjadi jam dan akhirnya rangkaian jam yang menjadi satu kesatuan yang biasa disebut hari. Kenapa dengan hari ini? Nampak ketidak beruntungan menghinggapi dan memaksaku memamahnya dalam kegamangan.

        Diawali pagi yang tidak bersahabat dengan semburat warna jingganya yang menyorot mata melalui lubang-lubang jendela. Silau, hingga harus terjedot pintu kamar. Jadwal hari ini yang sangat penuh dan di tambah lagi suasana hati yang tak karuan. Haduhhhh.... #ceracau hati (ada apa dengan hari ini?)
       
      Diakhiri sore hujan yang sangat menyiksa. Hingga harus kurelakan tak berangkat hati dihari perpisahan dengan teman-teman lain di ruang responsi dasar komunikasi yang notabene selalu menghadirkan senyum-senyum indah pelipur laraku. Harus jua ku urunkan niatku untuk berkumpul dengan mereka, bukan tanpa alasan aku mengurungkan niat untuk hadir dipertemuan terakhir responsi tersebut. Ketiduran mungkin tak bisa kujadikan alasan atas ketidak hadiranku. Tapi, itu nyatanya. Aku ketiduran dan telat. Kejadian itu tak menyurutkan semangatku. Kupacu sepeda motor meski kutahu hujan deras sedang melanda. dengan semua niat kuterobos hingga basah kuyup, dingin teramat kurasakan. Arrrrrrrrrrrrrgggggggggggghhhh,,,,, Tiba-tiba motor mati ditengah jalan. ternyata Motor kehabisan bensin. WTF, apa yang terjadi ini?
      I Hate Today.... harus ku urungkan juga akhirnya, niatku masuk. ada apa dengan hari ini? meski gue tahu bakal ada hikmah dibalik ini semua... tapi satu hal, Aku Benci Hari ini!!!!

Rabu, 05 Desember 2012

Cerita Kita Sama

Standard

Cerpen oleh: Rheinna Isabila dan Pangeran Galau


Jakarta, 1 September 2010

Cerita kita sama
Sama-sama pernah di campakkan oleh sang angin
Harapan kita sama
Sama-sama ingin berjalan dan terhenti dalam damai senja yang ungu
Mencoba berdiri diantara keterasingan
Ruang Sunyi 2010
***


Kebumen, 1 September 2010

Kereta yang kutumpangi masih melaju dengan cepatnya membelah sawah yang terbentang hijau. Kini mataku tak bisa berkedip melihat bingkai alam yang ada di hadapanku. Jogja tinggal beberapa jam lagi. Namun entah kenapa kali ini aku enggan untuk pulang ke kota asalku itu. Sepertinya ragaku ini tertarik ke arah yang berlawanan. Entah kenapa tak ada gairah tuk melangkah ke kota pelajar itu. Sungguh aku tak mengerti.
“Nak, kamu tidak itu tidak sendiri. Ada teman satu kandungmu yang berada di kota hujan sana. Kalian berpisah sejak kecil, sejak ayahmu meninggal. Ibumu dan kami bingung karena kami juga orang tak berpunya. Saudaramu pasti juga merindukanmu di sana. Suatu saat kalian akan bertemu, karena kalian masih dalam satu ikatan.”
Kata-kata Bibi masih terngiang di kepalaku. Sesaat setelah aku menginggalkan Brebes, kota asal Ibuku aku tak terlalu memikirkan pembicaraan itu. Namun sekarang aku benar-benar dibuat penasaran. Ternyata aku punya saudara kembar! Dan sampai sekarang aku tak pernah bertemu dengannya. Kami terpisah sejak umur 3 tahun. Itu sebabnya kenapa selama ini ada yang aneh dengan diriku. Ya Tuhan, kalau kau kehendaki, izinkan aku bertemu dengannya dalam waktu dekat ini.

***

Jakarta, 19 September 2010
Kesamaan kita adalah arti
Duka yang pernah menganga
Terhunus bayang hadirmu
Tawamu menjadi gairah
Candamu menjadi getarku
Celotehmu sempurnakan lemahku
Ruang sunyi, 2010
***


Yogyakarta, 20 September 2012
Kubuka laptop biruku yang sudah sekian tahun menemaniku dalam suka dan duka. Layar 14” yang selalu pasrah menampung keluh kesahku dalam bentuk kata-kata yang kusimpan dalam sebuah folder. Lalu kupublish di sudut web yang tak jarang ditengok orang kebanyakan. Kecuali aku dan dia. Tak pernah terlewat satu haripun kami mengisi blog itu dengan berbagai macam kata-kata romantis. Seorang pujangga itu, telah mengubah duniaku. Walaupun hanya lewat dunia maya, tapi kami berjanji suatu saat nanti kami akan bertemu. Kubayangkan dia benar-benar sosok yang kudamba. Aku jatuh cinta padanya. Pada syair-syair indahnya yang ia bisikan lewat monitor ini tiap malam.

***

Jakarta, 1 Oktober 2012

Ternyata, matahari itu datang
Menebas gelap yang memadati hariku
Aku nyaman denganmu,
Nyaman denganmu hadir dalam kehidupanku,
Tanpa mempedulikan kapan dan bagaimana ini bisa terjadi,
Meski mata kita tak pernah jumpa
Meski kau tak pernah beringsut di balik punggungku
Suatu saat akan kutemui dirimu, bidadariku
Rinda
Ruang Rindu 2010
***

Yogyakarta, 8 Oktober 2010
Betapa bahagianya hati ini. Dua hari lagi impianku untuk bertemu dengan pujangga itu tiba. Dia akan datang menemuiku di kota budaya ini. Kami akan saling melepas rasa penasaran yang membendung dan bertukar cerita secara langsung. Aku tak sabar menunggu hari itu. Rendy, aku akan menyambutmu dengan senyum dan hati yang berbinar.
***
Bandara Adi Sucipto, 10 Oktober 2010
“Berapa jam naik pesawat?”
“Lumayan kurang dari 1 jam, Rinda.”
“Wah, kapan-kapan aku mau dong naik pesawat ke Jakarta, tapi sama kamu yah!”
“Hehehe.. manja!”
“Hehe.. Ayo kita jalan-jalan keliling Jogja.
Nanti kuajak kau ke rumahku, ada Ibuku di rumah...”

***
 Yogyakarta, 20 Oktober 2010
Pertama melihatmu, aku merasa senang. Pertama menjabat tanganmu, aku senang. Pertama kali ku tatap matamu, ada suatu sinar yang menelusup ke dalam relung hatiku. Entah diantara kita ada suatu ikatan apa.
Tapi ketika kau sampai di rumahku, kau seperti lain. Saat bertemu ibuku kau serasa bukan seperti pertama yang kulihat. Begitu pula ibuku. Dia hanya diam atau malah tertegun melihat kedatanganmu. Kata ibu kau memang tampan. Persis seperti gambaran yang sering kuceritakan padanya. Dan satu yang lebih membuatku tersipu adalah... katanya kau mirip denganku. Ibu mengatakannya dengan muka yang datar, bahkan cenderung tegang. Entah ibu menyimpan misteri apa hingga sampai sekarangpun aku tak mengerti. Tapi harus kuakui, kau memang tampan suara kaupun merdu. Setampan kata-kata dan dan semerdu syair indahmu.
***
Jakarta, 1 November 2010
Cinta macam apa yang kurasakan?
Padahal kita sama dalam darah,
Cinta macam apa yang kitas diskusikan?
Kalau ternyata “aku dan kamu” adalah saudara 
Akankah ada sebuah pelangi yang mau menjelmakan dirinya
Menjadi sebuah jembatan yang menyatukan kita?
Pada suatu malam
Di Ruang kenyataan, 2010
           Tuhan, aku dan pujangga itu adalah kakak beradik!

____(*)_____



BIODATA PENULIS 
Rheinna Isabila adalah nama pena dari Pameta Filsabila. Lahir di Banyumas 6 Mei 1992. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta jurusan Penyiaran. Gemar menulis dan membaca sejak SD. Bercita-cita menjadi Sutradara dan penulis. Bila ingin bertegur sapa, penulis bia dihubungi melalui FB : http://www.facebook.com/pametafilsa  atau email : pameta_sabil@rocketmail.com

Pangeran Galau adalah nama pena dari Rohmad Subhan. Lahir di Jepara 19 Maret 1991. Tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir di Institut Pertanian Bogor. Kegiatannya sehari-hari selain kuliah adalah menulis, melukis dan berdiam diri di kamar. Penulis bisa dihubungi melalui FB : http://www.facebook.com/RohmadSubhan Atau melalui email : pangeranlovavesca@gmail.com