Sabtu, 18 Juni 2011

Karena Aku Dan Kamu Sama (Gajah Dan Kucing)

Standard
Masih malu sinar sang mentari keluar dari ufuk timur
Menyibak kabut malam mengganti dengan sinarnya
ketika aku tersadar…
Aku  tertidur disisimu
Semalam berarti itu bukan bunga mimpi
Bersamamu tertawa, sedih dan berdiskusi tentang masa yang datang

Kabut putih mulai turun menyapa
Gelora dingin memagutku disela nafas yang masih terengah
Bersamamu…
Di satu titik bagian bumi yang tak kutahu mulanya
Sepanjang mata memandang hanya riak air yang melambai
Tenang nan menentramkan

Berjalan bersamamu…
Menuju sebuah moda yang berjejer di tepi danau…
Merengkuh kemudi nahkoda menuju batu harapan
Dua batu tulis, batu cinta
Sejarah yang mengaliri tertulis mengabadi

Sebuah titik pencapaian menuai klimaks
Dimana Ki Santang dengan Dewi Rengganis dipertemukan
Di sela pucuk daun teh yang menghampar hijau mulai ranum
Setelah perpisahan keduanya yang teramat lama
Akhir dipertemukan kembali..
Apakah kamu tahu?
Apa yang menjadi pikiran dan harapanku sekarang ini?
Melihatmu tersenyum
Aku takut…
 Jika pada suatu saat nanti itu hilang
Entah karena suatu pembeda yang menjadi penghalang

Melihatmu tertawa riuh
Aku takut…
Jika pada suatu masa nanti
Hanya akan menjadi kenangan yang mematri dalam hatiku
Menjadikan aku terpasung dalam ketidak adilan
Aku takut jika semua itu berwujud

Aku ingin kita selalu bersama
Menjadi ibu yang melahirkan semua anak-anakku dari rahimmu
Menemani sisa umurku yang terus berkurang sejengkal demi sejengkal
Merenda masa depan bersama…
 Seperti cinta Ki Santang pada Dewi Rengganis…
Melangkah bersama menghunus semua pembeda,
Karena aku tahu aku dan kamu tetap sama di mata-Nya
Sebagai hamba yang di turunkan untuk menyembah kepada-Nya

Bandung, 5 Juni 2011

Rabu, 15 Juni 2011

Keajaiban Untuk Kedua Sayapku

Standard
Kedua sayapku basah ditetesi butiran embun pagi
Kepakanku tak lagi sekuat dulu
Merapuh bahkan hampir patah
Diterpa semilir bayu yang tak seberapa besarnya

Aku tak mampu lagi untuk terbang
Seperti dulu, mengepakkan sayap-sayapku diantara kabut putih
Hinggap dimana saja aku mau
Kini, semua hanyalah bayangan dan bualan
Di dahan cemara kering dan mulai meranggas ini aku hidup
Menanti keajaiban datang
Menghampiriku dan merenda sayapku yang rapuh

Hidup tak dapat ditebak
Harapanku pun hanyalah sebatas harapan
Harapan usang yang mulai berdebu
Berjalan tidak seperti yang aku mau dan impikan
Seperti matahari yang selalu terbit di timur dan terbenam di barat

Tuhan telah berbicara
Lewat pusara peristiwa yang mengambang
Di atas samudra pengharapan
Mengalir  buih pantai bersama deburan ombak
Mengikis angkuhnya batu karang

Sepi berbicara…
Salah beradu…
Baying meronta…
Kapanakah aku dapat berdiri tegar,
Kemudian lari bahkan dapat kembali terbang dengan kedua sayapku,

Tuhan,
Berikan aku petunjuk terbaik yang dapat aku jalani…
Tunjukkan aku sejengkal jalan dengan setitik cahaya
Kembalika aku dalam sasarmu,
Biarkan aku merangkul dan selalu berbisik padamu
Agar aku tak jauh…
Agar dapat selalu memintamu…

Memberikan sebuah keajaiban untukku
Untuk kedua sayap rapuhku yang hampir patah
Membiarkan aku terbang…
Jauh…jauh…jauh…jauh…
Untukku dan untuk mereka

Bogor, 13 Mei 2011

Selasa, 14 Juni 2011

Apapun!

Standard
Pukulan keras ternyata berhasil melukaiku
Bagaikan godam-godam yang berhasrat
Tamparan telak yang berhasil menggauliku
Menjadikanku terdiam dan berpikir jernih

Wahai angin surga yang belum pernah terhembus
Wahai air sungai yang bermuara di telaga Kautsar
Wahai bara-bara neraka yang saat ini ku injak
Wahai malaikat-malaikat pengabdi yang setia
Disini aku berdiri untuk apa?
Aku berlutut dan bersujud untuk apa?
Dapatkah kalian mendengar dan menjawab pertanyaanku?

Adakah jawab pasti akan semua ini?
Bentuk bahagia ataukah luka yang pastinya akan menganga
Buah hasil secuil kemunafikan
Rengkuhan para setan dan iblis jahannam

Aku sudah berjalan terlalu jauh
Kenapa kini buntu di pertigaan jalan
Tahun depan yang tak pasti muaranya
Ataukah berlanjut dengan dosa yang akan selalu terkenang

Apapun…
Apapun yang akan ada dan terjawab disela-sela hujan badai
Di balik gemuruh haliintar yang masih menampakkan lintang
Apapun…
Apapun yang akan menjadikanku tetap ada
Di dalam pasung besi mulai berkarat
Apapun atas jawaban subjektif
Ataukah keputusan tertinggi forum intelektual
Hahaha….
Biarlah,
Aku siap dengan semua yang akan hadir dan membisik ditelingaku…
Kutunggu hingga nanti…
Esok… atau lusa…
Terimakasih Tuhan…

Bogor, 14 Juni 2011

Minggu, 12 Juni 2011

Tak Ingin Kulepas Masa Ini

Standard

Duduk diatas besi berjalan
Diantara deru mesin berirama
Memecah sunyi jalan empit pegunungan
Meliuk dinatara kabut dingin melodi hidup

Akhir, terhenti pada suatu titik
Menapakkan kaki diatas kerikil-kerikil biru berdua
Melangkah tapak demi tapak anak tangga yang masih kokoh mencengkeram bumi



Terkadang, aku mencuri pandangmu
Damai memandang senyum mengembang tawa
Tawamu dibalik ranting kering
Bebatuan belerang kawah putih
Tak dihirau aroma khas menyengat
Pekat, pencipta perih disudut mataku dan matamu…

Memandang jauh hamparan kawah putih,
Tak beriak, tenang nan menghangatkan…
Diselimuti kabut-kabut tipis belerang…
Berdiri dan jalan merongga…

Sebenarnya tak ingin kulepas masa ini…
Masa-masa indah berdua bersama…
Menghabiskan sisa usiaku yang tak lama lagi…

Bandung, 5 Juni 2011

Selasa, 07 Juni 2011

Wahai bidadari hatiku

Standard
Malam ini gak ada bintang
Gak ada sinar terang yang menerangi malam gelapku
Gak ada pertanyaan yang aku ajukan pada langit malam
Gak ada pula jawaban yang aku tuai
Gak ada juga, kata-kata pada mata-mata jahil yang melilik

Kawah Putih, 5 Juni 2011


Hanya ada bidadari…
Disisiku…
Duduk diatas kursi emas kerajaanku
Sekilas kutatap,
Memandangnya tanpa jenuh,
Kadang tersenyum…
Kadang tertawa…
Kadang juga bercerita tanpa spasi…

Aku tak takut,
Meski malam ini tak ada bintang yang bersinar,
Cukup untukku…
Ada kamu disisiku…
Wahai bidadari hati pengisi singgasana hatiku

Setiamu diujung dukaku..
Mengerti cara membasuh luka dan gelisah yang menganga
Di sepanjang hari yang telah ku lewati
Hingga ujung malam berganti
Menemaniku dalam lelap tidur dan mimpiku…
Masih ada kamu…
Wahai bidadari hatiku…

Ciputat, 5 Juni 2011


Rabu, 01 Juni 2011

Harusnya, Apa yang kulakukan?

Standard
Aku bernyanyi…
Suaraku sumbang…
Aku menari…
Badanku kaku…
Aku diam…
Kupu-kupu menggodaku terbang
Aku berlari…
Persimpangan jalan memaksaku berhenti…
Aku berhenti…
Cacian menerpa sepasang  telinga tanpa mahkota
Aku cerewet…
Protes kalian penuh amarah
Aku tak bersuara…
Ejek penuh tawa tanpa Tanya
Aku marah…
Kalian diam tertunduk dengan kebohongan…
Aku halus…
Cercaan menginjak bahkan membunuh…

Harusnya, apa yang aku lakukan?
Apakah mati???
Biar semuanya tenang…
Biar pesta kalian bergemuruh riuh sampai lubang semut…

Bogor, 1 juni 2011