Cerita yang sesungguhnya bermula dari perkenalanku dengannya, gadis yang akhir-akhir ini sering aku ceritakan dan mengisi setiap detik diskusi kehidupanku melalui salah satu situs jejaring social. Seperti bunga dimusim semi, yang mulai menempakkan keindahannya dan bau wanginya. Bukan sekedar malam yang selalu datang ketika sang matahari mulai menenggelamkan dirinya. Ketika itu kukerahkan segenap keberanianku yang beberapa hari sebelumnya kukumpulkan dalam jiwa ini. Jujur aku bukanlah lelaki yang mudah dan terbiasa bicara pada seorang wanita, apalagi untuk wanita yang belum aku kenal sebelumnya. Malam itu kuputuskan mengirimkan sebuah pesan singkat dari facebook, begini kira-kira “maf ya ganggu, btw bolh kenlan gak? maf low udah menuhin inboknya”. Akhirnya setelah penantianku yang cukup lama, entah berapa lama aku menunggu, tapi yang pasti dia membalas pesanku “Blh ja qo,,, mmpung nmbah tmen msh gratis,,he Lw tmn'a nuyung kn??)”.
Kembali lagi aku membalas pesan respon darinya, kutuliskan “iya sie, mumpung cari temen belum bayar gak kaya cari toilet yang harus bayar goceng.... hahahaha,, iya, kuq taw? emang aku temen nurul, kamu sekamar ma dya ya? *sok polos n sotoy on, hehehe boleh bagi no hapenya gak? low gak boleh gak pa2 sieh”. Dia membalasnya “lagi btul tu,,,kya pas d bis ke bali kmrn,,haha...he'eh..kbtulan skmar n sklz jg ma nuyung bosen.com,,,hehehe oalah,,,msa br knalan n minta no hp skrg tho mas,,,kan ada d data klz pmbinaan kmrn,,” . jelasnya! Kembali ku membalasnya “hehehe, iya ya... oh yang dikelas ntu bukan milik gw, tau tuh nak UGM atau mana, kurang taw juga... low punya aku sie paling sekarang udah ku hubungin... *sok.com (ngikut2) iya maf deh, lain kali aj ya minta nomernya, sikon gak tepat.. hahaha, lagi sibuk apa nie sekarang? masih liburan?”. Ckckkk” dia memagut pesanku “Alhmdllah lum sbux,,cz msh lbr ampe snen bsok,, Btw nma fb lw lucu,,pst da kta pngeran d tngah'a..cita2 y mas..ckckk”. kemudian aku membalas sambil tertawa “hahahha,,, iya udah bawaan kali ya???? pasti ow bikin nama gak bakal ningal ata pangeran itu,, heehe aneh ya?? wah enak dunk masih libur??” akhir pesanku memenuhi inboknya.
Ibarat langit yang menampakkan bingkai awan putih yang menyelimuti indahnya pemandangan dipagi itu. Bukankah pagi ini begitu indah ketika ku dengar sahutan kicauan burung diantara pucuk daun cemara? Selaksa aroma surga yang tercium di permukaan bumi. Entah mulai kapan aku berpikir untuk mengirim pesanku kepada temanku yang notabene dan gak disangka ternyata dia adalah teman satu kos dan terlebih juga teman sekamarnya. Temanku menawariku nomor kontak gadis yang selama ini berhasil menyita pikiranku *sebut saja gadis itu bernama putri (nama samaran). Akhirya aku terima saja tawaran temanku itu, walhasil nomer putri pun berhasil aku kantongi. Menunggu agak lama aku untuk memutuskan akhirnya setelah beberapa hari aku berani dan memutuskan mengirim sebuah pesan singkat, itupun hanya sebatas ucapan selamat pagi. Yah, kalau bisa dibilang mungkin aku kurang berani jika langsung untuk menanyakan dan berkenalan langsung padanya. Setelah dua atau tiga hari aku mengiriminya pesan baik berupa ucapan selamat pagi dan ucapan selamat tidur akhirnya pada ujung suatu malam aku mendapati sebuah pesan singkat yang tak kusangka pesan itu dari putri. Semenjak itulah aku mulai berani kirim pesan kepadanya. Dia menanyakan padaku siapa aku sebenarnya? Dan kenapa aku selalu megirimkannya ucapan motivasi selamat pagi dan ucapan selamat tidur? *jawab gak ya? (kayaknya gak deh. Hehehehe….. seketika itu akupun menjawab.
Aku menjawabnya “akulah Mr. Z” Dia bertanya padaku lebih lanjut, “alasan kamu kenapa tidak mahu memberi tahukan nama kamu?”
“ Sebenarnya aku senang bisa kenal sama kamu, namun kadang aku sebel dan penasan dengan siapa kamu sebenarnya”. Lanjutnya pada sebuah pesan dimalam itu.
Akhirnya timbullah pikiranku, entah darimana untuk memutuskan menantangnya untuk mengetahui siapa sebenarnya aku ini. Dengan tenggat waktu yang yang ditentukan, kira-kira satu setengah hari, putri menerima tantangan itu. Ada dua kesepakatan yang kami buat disini :
Pertama “Jika putri benar menyebutkan namaku, aku harus menjawabnya jujur, gak boleh bohong, Karena aku lelaki.” .
Kedua : “Jika di salah menjawab namaku maka dia harus *sebenarnya gak harus sie, dia mahu minta tambahan waktu untuk kembali mencari tahu siapa sebenarnya aku”.
Akhirnya waktu yang ditentukan pun tiba. Waktu yang kini mendekati ujung nyata.
Dia berkata “Kamu temanku yang dulu suka iseng dan usil ya?. Benar gak kalau kamu ini, F**z** ?
Akupun tertawa terbahak karena itu bukanlah aku.
Sahut dia diantara derai tawa yang aku senandungkan “Kamu jangan bohong ya?, jangan bohong, ingat perjanjian kita” tegasnya.
Namun aku memberi tahunya sedikit clue tentang diriku agak susah memang namun aku yakin low dia bisa dan bakal tahu itu.
Aku berucap seperti ini “Kamu ingat gak dengan kalimat ini? Hukum Newton I : Kecantikan berbanding terbalik dengan kepintaran. Hukum Newton II : Cewek cantik tidak pernah ngerasa kalau dirinya cantik. Namun Hukum Newton I terbantahkan dengan “suatu benda tidak akan berubah jika tidak ada benda lain yang memaksanya untuk berubah”.
Setelah kalimat itu terucap akhirnya kita membuat kesepakatan. Apakah dia untuk menuntaskan siapa tersangka yang sebenarnya dan selesailah semua. Putri berjanji akan menyelesaikannya sebelum jam dua belas malam dengan syarat jika dia masih salah aku dengan besar hati harus memberikan data dan informasi jati diriku sebenarnya.
Denting waktu terus berbunyi menyaksikan betapa teguh dan nyaringnya kehidupan yang terus berjalan tanpa waktu yang bisa diputar dan dimajukan sedikitpun. Waktu itu adalah mutlak, tak dapat dihentikan tak dapat di putar mundur ataupun maju. Tengah malam waktu yang ditentukan lewat, satu jam, dua jam, tiga jam dan subuhpun menjemput ketika tak kudapati jawaban dari putri Sang Detektif dadakan. Sampai tulisan ini diterbitkanpun (ceileh, lebay gillla) tidak ada jawaban darinya mengenai siapa diriku sebenarnya. Sebenarnya tak tega hati untuk membuatnya penasaran dan sebel dengan aku, namun semuanya kukira belum tepat dan gak sempurna jika aku mengatakannya mengenai diriku. Atau bahkan aku tak berani untuk mengucap siapa aku sebenarnya? Entah!
Masih ada harapan sebelum mati, sebelum kepedihan sampai ke inti. Mungkin tak ada yang pantas kita pertahankan, bila pada akhirnya setiap pilihan cuma mampu melemparkan kita pada kebencian. Sekarang buai penyesalan mulai merapat pada senja yang mengahsut nestapa, kata maaf dan sesal kini menjadi wadah makanan hatiku. “Maafin aku ya, karena telah buat kamu penasaran dan bahkan sebel dngan keusilan dan keisenganku padamu, bukannya aku ermaksd demikian namun keadaan yang memaksa demikian hingga meweujud, semoga maafku ini bisa kau terima”.
Bogor, 1 Maret 2011
0 komentar:
Posting Komentar