Selasa, 17 Mei 2011

Love story “Ketika Gajah Cinta Kucing”

Standard

Pernahkah terdengar ditelinga kita semua bahwa ada sebuah cerita yang sangat unik namun beginilah adanya. Nyata tanpa karangan yang sering dibuat oleh penulis naskah sinetron di televise yang kerap terlihat dilayar kaca. Cerita percintaan, bukan sekedar percintaan yang selalu terpercik dengan cerita cinta manusia yang sering kita dengar. Cinta memang indah, seindah hiasan langit di malam hening berbalut bintang gemintang.   Wangi, sewangi bunga kasturi yang menebarkan bau khasnya.
              Tak sedikit orang yang mengagungkan cinta, tak sedikit pula yang benci karena cinta. Namun, semua itu adalah warna yang indah dalam dunia ilusi bahkan menjelma nyata. Apa yang buruk bisa menjadi baik, mereka yang sedih bisa menjadi ceria, mereka yang terluka dapat berganti kebahagiaan yang abadi semuanya bisa terjadi karena adanya cinta. 
Kalau ditelisik lebih dalam mengenai apa yang dinamakan cinta mungkin tak cukup sedikit penjabaran yang mampu mewakili definisi cinta ataupun sedikit pengertian tentang cinta. Hah, kenapa terlalu repot harus mendeskripsikan sesuatu yang abstrak jika semuanya bisa kita nikmati dan jalani dalam nyata. Cinta bukanlah untuk dideskripsikan, cinta bukan untuk di kata-kata. Namun, cukup bagiku untuk merasakan dan menjalani apa yang dinamakan oleh cinta.
Tahukah kalian kalau ternyata di dunia ini ada cerita cinta tentang seekor gajah dan kucing? Pasti kalian belum pernah memikirkannya apalagi mendengarnya. Berbahagialah kalian, karena disini akan diceritakan cerita tentang gajah dan kucing yang saling mencinta. Bukan cerita dongeng, fable ataupun legenda yang meraung-raung yang hingga kini membekas ditelinga cucu adam. Cerita ini hanya beredar diabad 21 ini. Disaat usiaku belum genap sepertiga abad umur ayahku.
Ketika gajah cinta kucing, aneh memang kalau dinalar dengan pemikiran orang sadar dan pintar sekalipun hal ini tak akan pernah ada dan gak bakalan terjadi didunia ini. Namun, disini sungguh terjadi adanya. Luar biasa dan mengejutkan banyak orang hingga alam semestapun bertasbih menyebut nama sang pencipta yang tidak di ragukan lagi ke-Kholiq-kan Nya.  Subhanallah…
Kisah percintaan yang dijalin dimulai ketika pertemuan mereka disuatu pulau yang terkenal dengan ke-eksotisan pesona alamnya empat bulan silam. Entah dimulai dari mana sang gajah mulai menjatuhkan hati pada kucing yang mempunyai mata biru itu. Mungkn karena sang malaikat yang telah diutus untuk menebarkan benih-benih perasaan kehati gajah.
Hari-hari berlalu begitu cepat melesat memecah khatulistiwa. Pesona bulan yang ingin dijamah dengan tangan kosong nampaknya tak berhasil direnggut hinga kepulan asap mulai menjadi kobaran api. Rapalan jejak masa silam. Pesona keindahan muara surga yang menyeruak muncul kepermukaan. Denting waktu terus bergema diantara gemericik daun kering yang mulai berguguran dari dahannya. Hanya obrolan-obrolan kusir tanpa arah yang kerap muncul dan mengalir dalam diskusi hari-hari sang gajah dan kucing, melewati pantulan sinyal-sinyal tak berwujud. Konversinya hanyalah suara, tawa dan candaan yang mereka gemakan dan terkadang juga serius. Gajah dan kucing menjalani hari-hari seperti biasa tanpa bias apapun. Dentuman perasaan rindu yang menggebu dirasakan kapal hati yang berlayar tanpa seorang nahkoda.
Empat bulan berlalu hingga ahirnya pada suatu hari di siang yang terik. Sang gajah memutuskan untuk menghampiri dan menjenguk permaisuri hatinya (harapan.red). Mengabaikan  semua yang akan terjadi dan terlukiskan. Akhirnya disuatu malam penantian yang panjang itu berakhir. Sang gajah dipertemukan dengan kucing pemilik mata biru itu disuatu tempat dan waktu yang tak bisa dilukiskan. Berjalan bersama menyusuri koridor-koridor gelap yang entah kemana arahnya. Hingga pada suatu tempat berhenti dan becerita tentang banyak. Keseharian, aktivitas dan banyak hal lain yang mereka obrolkan. Rasa nyaman diantara keduanya, rasa ingin meiliki dan menjaga sang gajah itu ternyata menerjemah menjadi sebait kalimat yang tak bisa gajah ungkapkan begitu saja pada si kucing.
Entah berawal darimana. Apakah dari pertemuan yang hanya sekejap ataukah diskusi yang terkembang diantara keduanya selama berbulan-bulan. Memang benar kata orang kalau cinta tidak diketahui kapan datang dan perginya. Kadang begitu cepat kadang juga lambat merayap di atas aspal bebatuan yang sempit. Perasaan cinta dan saying yang dipunyai sang gajah begitu hebat hingga menggetarkan nalurinya sebagai seorang lelaki. Sang kucing dengan anggun bersolek dihiasi mahkota kewanitaan yang terpancar dengan beribu pesona  melukiskan kebahagiaan. Senyumnya yang kerap kali membuat mata para lelaki tertuju padanya dan menginginkannya sebagai nahkoda dalam hati mereka. Sungguh agung karya yang diciptakan oleh sang kuasa. Tak seorangpun yang mampu menolak keindahan kucing itu.
Lidah kelu, tak mampu berucap sepatah katapun. Melihat binar mata yang membelalak didepan mata sang gajah. Hanya senyum yang mampu diurai, bukan kata-kata yang bergulat malam itu. Terkadang apa yang menurut kita mudah diucapkan bukan berarti selalu bisa diungkapkan.
Malam itu langkah berat sang gajah meninggalkan istana megah yang dihuni sang kucing. Apa yang dirasa malam itu sulit untuk diterjemah, bahkan sesadar manusia sekalipun. Langkah beratnya bukan tanpa alasan. Esok sang gajah harus kembali ketempat peraduannya yang jauh ditengah rimba belantara ilmu.artinya esok pula harus kembali lagi berjarak dengan putri kucing yang jelita dan menawan.
                Bangku-bangku kosong melongo tertawa memandangi sang gajah yang terduduk lesu sendiri dibawah cahaya bulan yang mulai tertutup oleh awan gelap. Akhirnya diputuskan untuk menyatakan perasaannya yang menghimpit dan menggebu dalam sanubarinya. Tak ada jawaban. Namun, pada suatu hari yang berbeda dengan latar dan setting yang berbeda pula akhirnya terjawab sudahlah apa yang selama ini menjadi harapan yang tergambar jelas dalam dinding beton tak bertuan. Sang gajah pun senang atau bahagia mendengar jawaban tersebut meski dengan syarat yang mungkin cukup untuk menghunus harapan yang ada. Tapi tak apalah, ini memang kehidupan yang ada. Kadang kejam, kadang juga membahagiakan. Mungkin kita tak dapat bersatu didunia nyata karena beberapa alasan yang tak hakiki. Namun, masih ada harapan yang abadi kelak dikehidupan kedua. Semoga kita dipertemukan kembali dan merajut semuanya bersama. Tak terpisahkan untuk selamanya. Sang gajah berkata dalam hati penuh harapan dan doa yang terus menggema dalam sanubari yang paling dalam.  Begitulah ceritanya, awal dimana sang gajah menemukan cinta dan akhirnya mendapatkan cinta nya dengan putri kucing meski takkan hakiki dan mutlak sampai akhir.  
Pembaca (red) pasti bingung dengan cerita barusan. Untuk menghindari yang tidak diinginkan dan membingungkan akan saya ceritakan siapa gajah dan kucing itu sebenarnya. Cerita diatas adalah cerita saya sendiri bagaimana saya mendapatkan cinta dan kasih dari seorang kucing. Kenapa saya menyebut diri saya gajah?  Hal ini sudah pernah saya jelaskan dalam postingan blog sebelumnya. Silahkan mencarinya. Kucing? Kalian pasti bertanya siapa dia? Benar sekali dia adalah kucing bernama asli Lutfiana atau kerap ku sapa kucing (Fhina). Dia adalah gadis yang kini menjadi permaisuri dalam singgasana hatiku. Penebar cahaya di kegelapan hatiku. Pembawa sinar disaat aku anggap pagi adalah malamku. Thanks to fhina untuk kesempatan dan hatinya yang bolehku jaga dan mereguk sedikit kebahagiaan bersamamu. Love you more than you know. Love you forever and whenever!!!

Bogor, 14 Mei 2011

2 komentar:

wannabeapharmacist mengatakan...

hadeuh.....
gajah kucing gajah kucing, lucu memang, saya juga sempat bingung membacanya. apalagi saat saya mencoba mengikuti alur "love story" gajah dan kucing dari har ke hari.
yach... saya doakan semoga apa yang gajah dan kucing panjatkan di sela2 doa, diijabahi oleh Sang Maha Pencipta.
SEMANGAT!!!!

Pangeran Galau mengatakan...

makasih ya... untuk doa yang telah diberikan untuk gajah dan kucing.... dan makash karena udah mahu mengikuti cerita yang ada... pokoknya makasih banget decchhh...