Waktu terus bergulir
Setelah kata di balik telepon itu terakhir terucap
Seperti rintik gerimis yang kunanti hadirnya
Diatas malam yang bertabur bintang gemintang
Harapan itu masih ada…
Entah kosong atau isi…
Lukisan perasaan yang mengentah berwarna apa?
Entah cerah ataupun bakal hitam mengundang
Tarian kuas diatas altar kanvas yang akan mulai tersisipi
Diantara rongga-rongga sempit berbelah
Malam ini, entah senan, lega atau gulana yang tercipta
Hanya sesungging senyum yang aku dapati
Entah arti apa yang tersirat…
Dibalik senyum yang dia tawarkan…
Aku terus berpikir keras,
Diantara mahlgai dengungan asmara yang menggebu…
Sesekali aku tertahan…
Sesekali aku ingin berlari…
Kenapa aku tak mengucap langsung…
Dihadapnya, didepan matanya yang membiaskan sinar kebiruan…
Memang benar adanya
Aku tak mampu berucap
Seperti halnya sebuah pesan yang kukirimkan untukmu
Pesan yang mengantarkanmu dibuai oleh tempat peraduan
Tertulis ;
“sebenarnya, banyak kata yang tak bias terucap dan terurai”
“telingaku tuli, lidahkupun kelu”
“seandainya aku berandai, mungkin semuanya adalah andai-andai semu”
“entah karena apa? Dan kamu pasti Tanya mengapa?”
“aku buka orang yang pandai mengucap apalagi mengurai”
“Sebenarnya apa makna kata yang kuurai ini”
“sebuah terjemahan yang mungkin tak lebih berharga dari sampah”
“Entah”
Akhir pesan yang kutuliskan…
Semuanya kuserahkan padamu,
Pada Tuhan yang menciptakan rasa ini,
Pada malaikat yang telah diutus untuk menbarkan benih ini,
Benih cinta yang tak dapat kutebak kapan datangnya….
Hanya Bidadari yang tahu akan jawabnya…
00: 17 WIB, Ciputat 09 Mei 2011
0 komentar:
Posting Komentar