Jumat, 18 Februari 2011

Tiga Masa yang Terlewati

Standard
            Hidup ini tidak lepas dari kendali dan masa yang terlewati, baik masa lalu, masa kini dan masa esok. Semuanya saling bersinergi dan bertautan membentuk suatu alur yang indah kadang buruk, yang buruk terkadang nampak indah. Begitulah kehidupan yang terus berputar dan dinahkodai sang waktu yang berdiri gagah pada altarnya. Sang waktu yang tidak dapat dihentikan ataupun diputar mundur mengulang semua masa silam yang kini terlampaui dan tersimpan dalam bejana yang sudah tertutup rapat.
          Kehidupanku juga menyimpan masa yang pernah terlalui namun berbeda dengan masa-masa yang sering orang bilang dan terdiskusi, ketiga masaku adalah masa diam, masa produktif, masa antabrantah. Beginilah aku, visioner cinta perubahan sesuai visi yang kembali ku usung di bangku kuliah kini. Teringat waktu silam dimana visi inilah yang menyelimuti ku dalam salah satu dimana masaku yang terlewati tepatnya masa produktif yaitu masa dimana aku mengenyam bangku pendidikan madrasah aliyah (MA) yang setara dengan sekolah menengah atas (SMA). Di masa inilah aku meyebutnya masa produktif, kenapa aku menyebutnya demikian? Hal ini karena tak lain dan tidak bukan karena di masa ini aku berada dalam posisi atau zaman metaphase dengan pergerakan aktif tanpa berhenti terus berputar dan berputar. Masa dimana aku aktif dalam semua kegiatan baik ekstrakurikuler maupun intra sekolah dari cabang olahraga, soft skill, maupun akademik. Juara demi juara aku sabet tanpa mengurangi rasa hormat dan kehormatan. Sebuah prestasi yang tentunya menurutku kurang dan bhkn tak terlalu membuat kedua orang tuaku bangga dengan sebuah awal sebagai lonjakan kesuksesanku kelak. Amien.. Pengalaman dan tentunya sebuah prestige yang aku dapati terkadang membuatku lupa daratan. Dari ketua IPNU-IPPNU atau setara dengan OSIS, Pimpinan Umum Lembaga Pers Siswa KOMA, Juara Paskibraka, Juara Lomba Gubah dan Baca Puisi dan masih banyak yang lain yang tak ku ingat. Dimasa inilah aku juga mengenal dan masuk pada masa pubertas seperti kebanyakan orang namun aku menyebutnya masa pendewasaan diri mnjadi mandiri tanpa bantuan dan berdiri sendiri. Aku mulai mengenal dan menjamah apa yang namanya dengan Cinta. Putih abu-abu yang dilematik dan disesaki problema penuh diagnostic. Cerita cinta ku pun sama panjangnya dan mempunyai tren positif seperti di akademik dan soft skill yang aku punya, bisa dibilang hal ini berbanding lurus. Cinta mulai bersemi dan terkadang menjadikan aku lupa dengan kegiatanku yang semestinya. Disini aku jujur dengan siapa saja aku pernah menjalin hubungan dari adek kelas, teman sekelas bahkan kakak kelas. Busyetttttt… Namun itulah nyata yang berbicara dan mendiskusi kisah cinta yang mewarnai kanvas putihku di masa produktif.
           Sebelumnya, dibanding dengan masa produktif dimana aku bersifat dinamis, di masa diam atau masa dimana aku memasuki jenjang sekolah tingkat pertama. Bisa dibilang aku adalah yang bersifat statis tak bergerak sedikitpun selayaknya kepompong yang hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggu. Sekolah SMP ku merupakan sekolah favorit di desaku sekolah nomer wahid. Aku berbeda dengan teman-teman seusiaku yang waktu itu aktif ikut keorganisasian dan ekstrakurikuler. Aku hanya diam, diam dan diam, jadul bisa dibilang, gak gaul, tap gak terlalu tertutup. Meskipun aku tidak berkiprah semasa SMP bukannya SO (Study Oriented) namun justru sebaliknya, nilai dan akademikku tak secemerlang dari pada yang lainnya. Entah!! Ranking? Tidak pernah mencapai peringkat pertama dikelas, paling cukuplah bagiku peringkat sepuluh besar. Cinta, wanita apalah namanya itu aku tidak mengenalny sama sekali bahkan acuh dan masa bodoh mungkin dulu aku bisa dibilang tak punya nafsu dan perasaan. Aneh! Memang namun nyata,,,
             Antabrantah menurutku adalah negeri dimana tidak diketahui dimana keberadaannya. Kata orang sie ada dikahyangan nun jauh diubun-ubun kepala. Tahu gak kenapa aku menyebutnya masa ketigaku adalah massa antabrantah? Tepat sekali, sedikit pengertian diatas dapat menjabarkan tentang masa antabrantahku. Semu bahkan terkadang membelenggu. Tidak banyak dialektis yang kutawarakan dan ditawarakan zaman pada diriku sendiri. Bisa dibilang masaku kini adalah masa antarantah, entah dan mengentah. Koridor sunyi tentang cita, mimpi, cinta dan harapan yang entah mengembara kemana rimbanya. Ilusi, mimpi yang menggebu hingga angkasa tertinggi tanpa tujuan. Bukan sepenuhnya tanpa tujuan sieh, namun belum mencapai target dan eksekusi yang tepat. Aku ini siapa? Aku mau jadi apa? Apa tujuanku sebenarnya? Apa mimpiku sesungguhnya? siapa wanita yang akan bersemayam dalam hatiku? Apa harapanku? Apa citaku? Satu yang bisa ku jawab “ENTAH!”, satu kata yang klise banyak arti dan banyak penafsiran… masa antabrantahku oh antabrantah.

0 komentar: