Sebelum aku menuliskan tentang harapan dan mimpiku yang simple dan sederhana, terlebih aku akan menceritakan tentang siapa aku yang sebenarnya. Aku terlahir hari Selasa Kliwon dikala fajar menyingsing tepat setelah adzan subuh tanggal 19 bulan Maret tahun 1991 di sebuah desa yang dulunya sangat terpencil pertengahan antara pegunungan dan pantai yakni Desa Bangsri yang meginduk dengan Kabupaten Jepara atau kebanyakan orang menyebutnya kota Ukir. Sebuah kota kecil yang kaya akan seni serta keindahan pantainya. Tak luput juga disanalah terlahir seorang pahlawan emansipasi wanita yang setiap tanggal 21 April dijadikan salah satu hari Nasional. Beliau adala R.A Kartini, pasti kalian sudah mengerti semua. Tak perlu dijelaskan tentang beliau karena disini saya hanya akan membahas kisah silamku. Aku dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, kaya tidak miskin pun juga tidak. Aku bersyukur dilahirkan dan dibesarkan keluarga ini. Kasih sayang dan perhatian yang tiada taranya oleh kedua orang tuaku. Ayah yang berperawakan sedang dengan ototnya yang kekar menghiasi seluruh bagian tubuhnya jika dilihat nampak dari luar. Laki-laki pekerja keras dan galak. Ayah yang selalu menanamkan dalam diriku sejak kecil tentang nilai-nilai agama dan juga ilmu aplikasi kehidupan kelak jika aku besar. ayah sering menekankan padaku “Jangan gampang menyerah pada keadaan. Bagaimanapun itu dan dimanapun itu, jangan perna menyerah pada nasib karena nasib itu bisa dirubah kalau kita mau bekerja keras untuk mengubahnya karena tidak ada sesuatu yang tidak mungkin kecuali takdir telah menentukan hal yang berbeda terhadap perlakuan kita” tutur beliau yang hingga kini masih terpatri dalam sanubari ini. Kini aku akan menceritakan tentang ibuku, ibu nomer satu seluruh dunia. Perempuan yang melahirkan aku dari rahimnya adalah ibu yang paling baik dan paling mengerti apa yang aku inginkan. Paling bisa memahami bagaimana keadaanku dan perasaanku. Perempuan yang setiap harinya memakai kerudung ini adalah orang yang berpengaruh bagiku semenjak aku kecil dan sampai kini aku tumbu menjadi anak dewasa. Tutur dan kasihnya yang tiada terganti oleh apapun. Oleh karenanya aku pernah berjanji dipangkuannya saat aku terisak, kalau aku tidak akan pernah mengecewakannya dan membuatnya sedih walau bagaimanapun. Tak cukup ribuan batang emas yang akan mampu kupersembahkan untuk beliau. Hanya pengabdian yang tulus dan kebanggan yang dapat kuberikan pada sesosok wanita yang penuh semangat dan senyum ini. Sosok ibu yang lemah lembut nomer satu didunia bagiku.
bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar