Yah, sekarang mualai kembali keaktivitas seperti semula lagi. setiap malam harus dan bahkan wajib bergumul dengan laporan. Bukannya aku mengeuh atau apa ya? namun beginilah setiap kali aku merasakan yang seharusnya gak aku rasa. sempat aku berpikir untuk sesegera merevolusi diri, merombak, memformat jiwa dan ragaku seutuhnya. Namun ternyata virus2 datang lebih cepat dan kembali menginjeksi bagian vital tubuhku, entah bagaiman cara mereka sehinga begitu sistematik dan terorganisir baik menjalar masuk otakku. ah,,, sudah gw gak bisa nerusin tulisan ini.....
Tentang kehidupan dan segala aspek yang mendukung tentang adanya bentang pengisi bait dalam gejolak dan irama setiap insan. Kehidupan mempunyai lakon yang disebut manusia, manusia hidup mempunyai berbagai macam persoalan yang menghimpit sebagai proses pendewasaan diri salah satunya adalah masalah yang jamak yakni masalah percintaan. Perlu diketahui bahwa pria itu diciptakan dengan dua tulang rusuk dan wanita lahir dengan satu tulang rusuk, ketika pria menemukan pilhannya dia akan memberikan satu tulang rusuk kepada wanita pilihannya. Namun apa? Wanita kurang puas dengan dua tulang rusuk, dia minta lebih; perhatian yang lebih, waktu yang dan semuanya yang lebih. Hmmm dasar wanita… hehehe *gak da maksud buat mojokin wanita
Namun disini aku tak ingin terlalu memojokkan wanita dalam tulisan ini, aku hanya ingin tahu tentang apa definisi cinta, karena aku tidak tahu dan masih kecil dengan kata yang menurut orang dewasa mempunyai pengertian yang seabrek banyaknya. Oleh karenanya aku ingin tahu supaya dewasa kelak aku tidak akan tersesat dengan yang namanya cinta. Hahahahaha bukankah kamu sudah dewasa juga, kenapa kamu masih menyebut kamu kecil? *protes kalian (pembaca). Sedikit definisi yang cukup menggambarkan apa yang namanya cinta itu aku dapati dari temanku pria maupun wanitaku, kakak kelasku, dan banyak yang lainnya ;
Lets see first time : Menurut Hediyat salah satu teman baruku dari Kota Malang yang menuntaskan S1 nya di Universitas Brawijaya yang kini masih menyelesaikan penelitiannya di IPB tentang Genetika ikan (Januari-Februari) dengan logat medhokk jawane (kejawaan) dia berujar “Saya bukan orang yang percaya bila cinta itu berawal dari hati, cinta berawal dari kebiasaan. Kebiasaan karna selalu bersama, berbagi cerita, bertukar pikiran sehingga muncul perasaan “CINTA”. Menurut pandanganku, cinta membuat kita terdiam, membeku, terpaku, bergerak bersama mencapai keinginan. Tapi, terkadang cinta yang membuat kita tidak berkembang tetap diam di tempat yang sama, tergantung bersama cinta yang mana. Jangan pernah sakit karena cinta, karena dunia cukup luas untuk kita mencari mencari cinta.
Kedua dari teman satu kos ku yang badannya nampak kering dan kecil namun tinggi dan kocak, berucap “cinta adalah kesuksesan dalam mencapai tujuan yang dapat membuat individu lain bahagia”. Singkat namun padat ya, dialah Mr. Mams sebutan dirinya.
Terkadang ada yang menyebutkan dengan nada pesimisme yang tinggi “cinta? Abstrak, gak bisa digenggam atau dimiliki Cuma bisa dirasakan. Semakin kamu mencari apa definisi cinta yang sesungguhnya maka kamu akan semakin pusing. Hahaha just enjoy your feel buddy ^O^” kata2 yang tercetus dari temanku yang bernana 2-ty ini berhasil membuatku terpikir sejenak namun aku belum mengerti arti yang sesungguhnya didalam kalimat barusan.
“Cinta… cinta itu buta. (sambil tertawa hahahahaha) karena cinta itu suka bikin kita gak bisa bedain antara hitam dan putih. Cinta itu sesuatu yang bisa menyatukan segala perbedaan termasuk keyakinan, dengan cinta bisa timbul saling menghormati karena cinta itu butuh pengertian antara dua insane. Cinta… au..ah gelap!! Cengir A.A. Puspita temen sedepartemen ku.
Ini adalah sedikit kata dan definisi dari cinta, majemuk dan membuatku sedikit mengerti akan arti dan definisi cinta… dan bagaimanakah menurut anda???
Tentang kehidupan dan segala aspek yang mendukung tentang adanya bentang pengisi bait dalam gejolak dan irama setiap insan. Kehidupan mempunyai lakon yang disebut manusia, manusia hidup mempunyai berbagai macam persoalan yang menghimpit sebagai proses pendewasaan diri salah satunya adalah masalah yang jamak yakni masalah percintaan. Perlu diketahui bahwa pria itu diciptakan dengan dua tulang rusuk dan wanita lahir dengan satu tulang rusuk, ketika pria menemukan pilhannya dia akan memberikan satu tulang rusuk kepada wanita pilihannya. Namun apa? Wanita kurang puas dengan dua tulang rusuk, dia minta lebih; perhatian yang lebih, waktu yang dan semuanya yang lebih. Hmmm dasar wanita… hehehe *gak da maksud buat mojokin wanita
Namun disini aku tak ingin terlalu memojokkan wanita dalam tulisan ini, aku hanya ingin tahu tentang apa definisi cinta, karena aku tidak tahu dan masih kecil dengan kata yang menurut orang dewasa mempunyai pengertian yang seabrek banyaknya. Oleh karenanya aku ingin tahu supaya dewasa kelak aku tidak akan tersesat dengan yang namanya cinta. Hahahahaha bukankah kamu sudah dewasa juga, kenapa kamu masih menyebut kamu kecil? *protes kalian (pembaca). Sedikit definisi yang cukup menggambarkan apa yang namanya cinta itu aku dapati dari temanku pria maupun wanitaku, kakak kelasku, dan banyak yang lainnya ;
Lets see first time : Menurut Hediyat salah satu teman baruku dari Kota Malang yang menuntaskan S1 nya di Universitas Brawijaya yang kini masih menyelesaikan penelitiannya di IPB tentang Genetika ikan (Januari-Februari) dengan logat medhokk jawane (kejawaan) dia berujar “Saya bukan orang yang percaya bila cinta itu berawal dari hati, cinta berawal dari kebiasaan. Kebiasaan karna selalu bersama, berbagi cerita, bertukar pikiran sehingga muncul perasaan “CINTA”. Menurut pandanganku, cinta membuat kita terdiam, membeku, terpaku, bergerak bersama mencapai keinginan. Tapi, terkadang cinta yang membuat kita tidak berkembang tetap diam di tempat yang sama, tergantung bersama cinta yang mana. Jangan pernah sakit karena cinta, karena dunia cukup luas untuk kita mencari mencari cinta.
Kedua dari teman satu kos ku yang badannya nampak kering dan kecil namun tinggi dan kocak, berucap “cinta adalah kesuksesan dalam mencapai tujuan yang dapat membuat individu lain bahagia”. Singkat namun padat ya, dialah Mr. Mams sebutan dirinya.
Terkadang ada yang menyebutkan dengan nada pesimisme yang tinggi “cinta? Abstrak, gak bisa digenggam atau dimiliki Cuma bisa dirasakan. Semakin kamu mencari apa definisi cinta yang sesungguhnya maka kamu akan semakin pusing. Hahaha just enjoy your feel buddy ^O^” kata2 yang tercetus dari temanku yang bernana 2-ty ini berhasil membuatku terpikir sejenak namun aku belum mengerti arti yang sesungguhnya didalam kalimat barusan.
“Cinta… cinta itu buta. (sambil tertawa hahahahaha) karena cinta itu suka bikin kita gak bisa bedain antara hitam dan putih. Cinta itu sesuatu yang bisa menyatukan segala perbedaan termasuk keyakinan, dengan cinta bisa timbul saling menghormati karena cinta itu butuh pengertian antara dua insane. Cinta… au..ah gelap!! Cengir A.A. Puspita temen sedepartemen ku.
Ini adalah sedikit kata dan definisi dari cinta, majemuk dan membuatku sedikit mengerti akan arti dan definisi cinta… dan bagaimanakah menurut anda???
Hidup ini tidak lepas dari kendali dan masa yang terlewati, baik masa lalu, masa kini dan masa esok. Semuanya saling bersinergi dan bertautan membentuk suatu alur yang indah kadang buruk, yang buruk terkadang nampak indah. Begitulah kehidupan yang terus berputar dan dinahkodai sang waktu yang berdiri gagah pada altarnya. Sang waktu yang tidak dapat dihentikan ataupun diputar mundur mengulang semua masa silam yang kini terlampaui dan tersimpan dalam bejana yang sudah tertutup rapat.
Kehidupanku juga menyimpan masa yang pernah terlalui namun berbeda dengan masa-masa yang sering orang bilang dan terdiskusi, ketiga masaku adalah masa diam, masa produktif, masa antabrantah. Beginilah aku, visioner cinta perubahan sesuai visi yang kembali ku usung di bangku kuliah kini. Teringat waktu silam dimana visi inilah yang menyelimuti ku dalam salah satu dimana masaku yang terlewati tepatnya masa produktif yaitu masa dimana aku mengenyam bangku pendidikan madrasah aliyah (MA) yang setara dengan sekolah menengah atas (SMA). Di masa inilah aku meyebutnya masa produktif, kenapa aku menyebutnya demikian? Hal ini karena tak lain dan tidak bukan karena di masa ini aku berada dalam posisi atau zaman metaphase dengan pergerakan aktif tanpa berhenti terus berputar dan berputar. Masa dimana aku aktif dalam semua kegiatan baik ekstrakurikuler maupun intra sekolah dari cabang olahraga, soft skill, maupun akademik. Juara demi juara aku sabet tanpa mengurangi rasa hormat dan kehormatan. Sebuah prestasi yang tentunya menurutku kurang dan bhkn tak terlalu membuat kedua orang tuaku bangga dengan sebuah awal sebagai lonjakan kesuksesanku kelak. Amien.. Pengalaman dan tentunya sebuah prestige yang aku dapati terkadang membuatku lupa daratan. Dari ketua IPNU-IPPNU atau setara dengan OSIS, Pimpinan Umum Lembaga Pers Siswa KOMA, Juara Paskibraka, Juara Lomba Gubah dan Baca Puisi dan masih banyak yang lain yang tak ku ingat. Dimasa inilah aku juga mengenal dan masuk pada masa pubertas seperti kebanyakan orang namun aku menyebutnya masa pendewasaan diri mnjadi mandiri tanpa bantuan dan berdiri sendiri. Aku mulai mengenal dan menjamah apa yang namanya dengan Cinta. Putih abu-abu yang dilematik dan disesaki problema penuh diagnostic. Cerita cinta ku pun sama panjangnya dan mempunyai tren positif seperti di akademik dan soft skill yang aku punya, bisa dibilang hal ini berbanding lurus. Cinta mulai bersemi dan terkadang menjadikan aku lupa dengan kegiatanku yang semestinya. Disini aku jujur dengan siapa saja aku pernah menjalin hubungan dari adek kelas, teman sekelas bahkan kakak kelas. Busyetttttt… Namun itulah nyata yang berbicara dan mendiskusi kisah cinta yang mewarnai kanvas putihku di masa produktif.
Sebelumnya, dibanding dengan masa produktif dimana aku bersifat dinamis, di masa diam atau masa dimana aku memasuki jenjang sekolah tingkat pertama. Bisa dibilang aku adalah yang bersifat statis tak bergerak sedikitpun selayaknya kepompong yang hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggu. Sekolah SMP ku merupakan sekolah favorit di desaku sekolah nomer wahid. Aku berbeda dengan teman-teman seusiaku yang waktu itu aktif ikut keorganisasian dan ekstrakurikuler. Aku hanya diam, diam dan diam, jadul bisa dibilang, gak gaul, tap gak terlalu tertutup. Meskipun aku tidak berkiprah semasa SMP bukannya SO (Study Oriented) namun justru sebaliknya, nilai dan akademikku tak secemerlang dari pada yang lainnya. Entah!! Ranking? Tidak pernah mencapai peringkat pertama dikelas, paling cukuplah bagiku peringkat sepuluh besar. Cinta, wanita apalah namanya itu aku tidak mengenalny sama sekali bahkan acuh dan masa bodoh mungkin dulu aku bisa dibilang tak punya nafsu dan perasaan. Aneh! Memang namun nyata,,,
Antabrantah menurutku adalah negeri dimana tidak diketahui dimana keberadaannya. Kata orang sie ada dikahyangan nun jauh diubun-ubun kepala. Tahu gak kenapa aku menyebutnya masa ketigaku adalah massa antabrantah? Tepat sekali, sedikit pengertian diatas dapat menjabarkan tentang masa antabrantahku. Semu bahkan terkadang membelenggu. Tidak banyak dialektis yang kutawarakan dan ditawarakan zaman pada diriku sendiri. Bisa dibilang masaku kini adalah masa antarantah, entah dan mengentah. Koridor sunyi tentang cita, mimpi, cinta dan harapan yang entah mengembara kemana rimbanya. Ilusi, mimpi yang menggebu hingga angkasa tertinggi tanpa tujuan. Bukan sepenuhnya tanpa tujuan sieh, namun belum mencapai target dan eksekusi yang tepat. Aku ini siapa? Aku mau jadi apa? Apa tujuanku sebenarnya? Apa mimpiku sesungguhnya? siapa wanita yang akan bersemayam dalam hatiku? Apa harapanku? Apa citaku? Satu yang bisa ku jawab “ENTAH!”, satu kata yang klise banyak arti dan banyak penafsiran… masa antabrantahku oh antabrantah.
Tak cukup kata untuk menjabarkan keindahan yang telah dia buat meski hanya sekejap. Mungkin aku bukan orang yang pandai untuk mengartikan semua rasa yang tercipta dan akhir-akhir ini berhasil menggapai hati yang telah lama kering akan namanya percintaan bahkan terlihat tandus dan bersemak. Memang indah dunia ini dicipta dengan cinta, dunia diciptakan saling berpasangan. Tiga hari setelah perpisahan itu, (ceiiileh, gaya banget gw nyebutnya perpisahan), tiga hari setelah senyuman manis itu yang terakhir kali ku lihat di Tanjung Benoa Nusa Dua Bali, eh yang benernya di salah satu restoran ternama di Jogja sampai saat ini masih melekat erat dalam bayang dan diskusi keseharianku. Bukannya aku melebih-lebihkan namun inilah kenyatannya, kenyataan yang selalu menggauliku dan memaksaku unuk mengingatmu, mengingat kamu “perempuan yang belum aku tahu namanya”. Jika aku bercerita tentangmu, banyak hal yang mungkin akan aku gambarkan dan lukiskan di kanvas putih tak bernyawa yang kini mulai tersedia di dalam hatiku. Namun aku takut juga jikalau salah melukiskan keindahan dirimu. Sedikit deskripsi yang dapat aku jabarkan tentang kamu ; perempuan yang berwajah indo-arab(mungkin), tinggi semampai, barisan gigi putih mentimun “wiji timun” (istilah jawa), senyum yang menarik dan masih banyak hal lain yang tidak bisa aku deskripsikan.
Tiga hari setelah perpisahan di Tanah Lot Dewata tesebut sampai saat ini membuat aku bertanya-tanya dan tetunya tanpa ada yang menjawab. Bertanya-tanya tentang kamu, siapa kamu sebenarnya, apa kesukaanmu, apa hobimu dan yang paling penting adalah siapa namamu? Jujur dari dalam hati yang paling dalam, aku ingin megenal kamu lebih dalam dan bahkan berharap menjadi pelabuhan yang terakhir sebagai salah satu proses pendewasaan diri. Apakah ini terlalu berlebih dan terlalu mengada-ada? Mungkin jawabnya adalah IYA!! Terlalu berharap dan terlalu mengada-ada, namun sebagai manusia yang gemar sekali bermimpi aku yakin mimpiku itu akan menjemput nyata. Menjemputmu dan menjadikanmu putri di singgasana hatiku.
Tak cukup kata untuk menjabarkan keindahan yang telah dia buat meski hanya sekejap. Mungkin aku bukan orang yang pandai untuk mengartikan semua rasa yang tercipta dan akhir-akhir ini berhasil menggapai hati yang telah lama kering akan namanya percintaan bahkan terlihat tandus dan bersemak. Memang indah dunia ini dicipta dengan cinta, dunia diciptakan saling berpasangan. Tiga hari setelah perpisahan itu, (ceiiileh, gaya banget gw nyebutnya perpisahan), tiga hari setelah senyuman manis itu yang terakhir kali ku lihat di Tanjung Benoa Nusa Dua Bali, eh yang benernya di salah satu restoran ternama di Jogja sampai saat ini masih melekat erat dalam bayang dan diskusi keseharianku. Bukannya aku melebih-lebihkan namun inilah kenyatannya, kenyataan yang selalu menggauliku dan memaksaku unuk mengingatmu, mengingat kamu “perempuan yang belum aku tahu namanya”. Jika aku bercerita tentangmu, banyak hal yang mungkin akan aku gambarkan dan lukiskan di kanvas putih tak bernyawa yang kini mulai tersedia di dalam hatiku. Namun aku takut juga jikalau salah melukiskan keindahan dirimu. Sedikit deskripsi yang dapat aku jabarkan tentang kamu ; perempuan yang berwajah indo-arab(mungkin), tinggi semampai, barisan gigi putih mentimun “wiji timun” (istilah jawa), senyum yang menarik dan masih banyak hal lain yang tidak bisa aku deskripsikan.
Tiga hari setelah perpisahan di Tanah Lot Dewata tesebut sampai saat ini membuat aku bertanya-tanya dan tetunya tanpa ada yang menjawab. Bertanya-tanya tentang kamu, siapa kamu sebenarnya, apa kesukaanmu, apa hobimu dan yang paling penting adalah siapa namamu? Jujur dari dalam hati yang paling dalam, aku ingin megenal kamu lebih dalam dan bahkan berharap menjadi pelabuhan yang terakhir sebagai salah satu proses pendewasaan diri. Apakah ini terlalu berlebih dan terlalu mengada-ada? Mungkin jawabnya adalah IYA!! Terlalu berharap dan terlalu mengada-ada, namun sebagai manusia yang gemar sekali bermimpi aku yakin mimpiku itu akan menjemput nyata. Menjemputmu dan menjadikanmu putri di singgasana hatiku.
Semenjak
kecil aku merupakan laki-laki yang cengeng. Kenapa dapat kusebut demikian?
Pasti kalian tak percaya dengan melihatku yang sekarang ini, perbandingan yang
sangat kontras dikala aku kecil sampai aku mengeyam bangku perkuliahan sekarang
ini. Teringat waktu taman kanak-kanak dulu aku tak bisa ditinggal jika sedang
mengeyam pendidikan dini. Pernah suatu ketika sekali tak ditunggui ibu nomer
satu didunia, aku menangis sungguh luar biasa kencangnya. Tak peduli dengan
keadaan sekitar hingga dua tahun lamanya aku berangkat dengan diantar dan
ditunggui ibu nomer satu dunia bagiku. Ibu yang selalu aku bikin repot, ibu
yang selalu setia menemaniku. Satu hal yang lucu dimasa kanak-kanakku, ketika
itu biasa penghujung dua tahun di bangku kanank-kanak diadakan pemotretan.
Biasalah sebagai foto pengisi halaman terdepan rapor dan album kenangan TK. Aku
menangis luar biasa melihat apa yang disebut kamera itu, aneh bin ajaib bukan?
Walhasil foto yang kudapati sampai sekarang dihalaman rapor terdepan adalah
foto dimana aku menangis. Sampai sekarang jika aku melihat rapor tersebut aku
sering tertawa terbahak-bahak dengan ibuku. Hahahaha… sungguh masa lalu yang
teramat konyol!
Beranjak
masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi yakni sekolah dasar. Entah mengapa dan
bagaimana aku bisa masuk dan memilih SD ini, kedua orang tuaku memberikan
kebebasan untukku memilih mana sekolahan yang terbaik untukku selama enam tahun
lamanya. Sejak kecil aku sudah diberi kebebasan untuk memilih hal ini tidak untuk
mengajari aku bagaimana memilih dan mencari yang terbaik kelak nanti
dewasa. Pilihanku jatuh pada sekolah
yang tidak menjadi favorit di desaku. Sekolah dasar yang “mewah” alias mepet
sawah. Sungguh tak disangka dan tidak diduga, disekolah ini aku kembali menemui
wajah lama yang selama dua tahun terakhir menemaniku di bangku taman
kanak-kanak. Ibarat pepatah mengatakan “kalau sudah jodoh pasti tak lari
kemana” namun pepatah ini bukan untuk sebuah pecintaan yang kini menggema
dimana-mana layaknya orang yang menjual telur asin yang ramai dikerubungi
pembeli dipagi buta. Dikelas yang atapnya udah mulai roboh dengan ditopang
tujuh bambu, pada bagian tengah samping kiri ruangan dan dekat pintu keluar
kelas. Pemandangan yang mengenaskn dan memprihatinkan sebagai salah satu
sekolah dasar negeri desa kami yang kami sebut SD Negeri 3/7 Bangsri yang sekarang berganti menjadi SD
Negeri 07 Bangsri. Satu kelas kami hanya berjumlah 13 orang, sebuah angka yang
menurut orang keramat dan angka pembawa sial. Jumlah ini mungkin tidak sebnding
dengan jumlah siswa baru yang ada di sekolah dasar negeri favorit didesaku yang
jumlahnya bisa empat sampai lima kali lipat jumlah siswa baru disekolahku.
Namun kami bertekad kuantitas bukn segalanya yang penting adalah kualitas,
sebuah tekad yang kami usung bersama.
Di
tingkat sekolah dasar ini kecengenganku pun masih melekat pada diriku meskipun
kadarnya tidak terlalu tinggi dibanding
masa kanak-kanakku dulu. Namun hal ini menjadi bahan ajakan temanku, hingga
pada akhirnya dengan susah payah aku mencoba menghapus dan meninggalkan
kecengenganku tersebut. Akhirnya melalui proses metamorforsa yang panjang di
pertengahan kelas tiga aku berhasil menanggalkan predikat laki-laki cengeng
yang selama ini telah melekat dan menemani hari-hariku. Hari-hariku pun normal
berjalan sesuai alur namun justru petualangan misteri yang justru muncul
sebagai pengganti kecengenganku. Hampir setiap hari tanpa mempeduikan siang dan
malam, tanpa mempedulikan hujan dan panasnya sinar terik matahari aku selalau
mengalami hal-hal yang aneh. Entah darimana dan bagaiman semua ini berasal, aku
selalu takut akan hal yang sepele menurut orang bahkan aku takut pada pohon
yang menjulang tinggi didepanku, sepertinya mereka memandang dan sinis
terhadapku seakan-akan mau rubuh menimpaku. Hal itu menjadi sedikit hal kecil
yang menyelimuti kegiatan siangku. Terlebih yang mengerikan jika matahari mulai
membenamkan dirinya hingga tak nampak. Perasaan yang tak karuan menggelayuti
diri hingga pada akhirnya aku terlelap. Di pertengahan malam ketika semua orang
terlelap dengan buaian mimpi indahnya aku justru terbangun diatas ketidak
sadaran dan kendali normalku. Mungkin hanya sebatas ilusi yang aku kira, namun
ternyata semuanya adalah nyata dan menghunus segenap kesadaranku yang mulai
terkungkum dalam ketakutan. Sadar ataupun tidak aku berjalan menyusuri desa dan
terhenti pada suatu tempat dan akhirnya aku terbangun. Setip malam terus
terulang kejadian itu namun dengan tempat akhir aku berhenti sebelum aku
terbangun. ANEH…!!!
Akhirnya
penderitaan ku semasa kecil tentang misteri ini berakhir setelah kurang
lebih tiga tahun lamanya ketika aku di bawa ke seorang pemuka agama yang
disebut pak yai (jawa) di desaku. Akhirnya masa kecilku kembali ceria tanpa
dihantui mistis yang setia menemaniku setiap siang dan malam.
Semenjak kecil aku merupakan laki-laki yang cengeng. Kenapa dapat kusebut demikian? Pasti kalian tak percaya dengan melihatku yang sekarang ini, perbandingan yang sangat kontras dikala aku kecil sampai aku mengeyam bangku perkuliahan sekarang ini. Teringat waktu taman kanak-kanak dulu aku tak bisa ditinggal jika sedang mengeyam pendidikan dini. Pernah suatu ketika sekali tak ditunggui ibu nomer satu didunia, aku menangis sungguh luar biasa kencangnya. Tak peduli dengan keadaan sekitar hingga dua tahun lamanya aku berangkat dengan diantar dan ditunggui ibu nomer satu dunia bagiku. Ibu yang selalu aku bikin repot, ibu yang selalu setia menemaniku. Satu hal yang lucu dimasa kanak-kanakku, ketika itu biasa penghujung dua tahun di bangku kanank-kanak diadakan pemotretan. Biasalah sebagai foto pengisi halaman terdepan rapor dan album kenangan TK. Aku menangis luar biasa melihat apa yang disebut kamera itu, aneh bin ajaib bukan? Walhasil foto yang kudapati sampai sekarang dihalaman rapor terdepan adalah foto dimana aku menangis. Sampai sekarang jika aku melihat rapor tersebut aku sering tertawa terbahak-bahak dengan ibuku. Hahahaha… sungguh masa lalu yang teramat konyol!
Beranjak masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi yakni sekolah dasar. Entah mengapa dan bagaimana aku bisa masuk dan memilih SD ini, kedua orang tuaku memberikan kebebasan untukku memilih mana sekolahan yang terbaik untukku selama enam tahun lamanya. Sejak kecil aku sudah diberi kebebasan untuk memilih hal ini tidak untuk mengajari aku bagaimana memilih dan mencari yang terbaik kelak nanti dewasa. Pilihanku jatuh pada sekolah yang tidak menjadi favorit di desaku. Sekolah dasar yang “mewah” alias mepet sawah. Sungguh tak disangka dan tidak diduga, disekolah ini aku kembali menemui wajah lama yang selama dua tahun terakhir menemaniku di bangku taman kanak-kanak. Ibarat pepatah mengatakan “kalau sudah jodoh pasti tak lari kemana” namun pepatah ini bukan untuk sebuah pecintaan yang kini menggema dimana-mana layaknya orang yang menjual telur asin yang ramai dikerubungi pembeli dipagi buta. Dikelas yang atapnya udah mulai roboh dengan ditopang tujuh bambu, pada bagian tengah samping kiri ruangan dan dekat pintu keluar kelas. Pemandangan yang mengenaskn dan memprihatinkan sebagai salah satu sekolah dasar negeri desa kami yang kami sebut SD Negeri 3/7 Bangsri yang sekarang berganti menjadi SD Negeri 07 Bangsri. Satu kelas kami hanya berjumlah 13 orang, sebuah angka yang menurut orang keramat dan angka pembawa sial. Jumlah ini mungkin tidak sebnding dengan jumlah siswa baru yang ada di sekolah dasar negeri favorit didesaku yang jumlahnya bisa empat sampai lima kali lipat jumlah siswa baru disekolahku. Namun kami bertekad kuantitas bukn segalanya yang penting adalah kualitas, sebuah tekad yang kami usung bersama.
Di tingkat sekolah dasar ini kecengenganku pun masih melekat pada diriku meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi dibanding masa kanak-kanakku dulu. Namun hal ini menjadi bahan ajakan temanku, hingga pada akhirnya dengan susah payah aku mencoba menghapus dan meninggalkan kecengenganku tersebut. Akhirnya melalui proses metamorforsa yang panjang di pertengahan kelas tiga aku berhasil menanggalkan predikat laki-laki cengeng yang selama ini telah melekat dan menemani hari-hariku. Hari-hariku pun normal berjalan sesuai alur namun justru petualangan misteri yang justru muncul sebagai pengganti kecengenganku. Hampir setiap hari tanpa mempeduikan siang dan malam, tanpa mempedulikan hujan dan panasnya sinar terik matahari aku selalau mengalami hal-hal yang aneh. Entah darimana dan bagaiman semua ini berasal, aku selalu takut akan hal yang sepele menurut orang bahkan aku takut pada pohon yang menjulang tinggi didepanku, sepertinya mereka memandang dan sinis terhadapku seakan-akan mau rubuh menimpaku. Hal itu menjadi sedikit hal kecil yang menyelimuti kegiatan siangku. Terlebih yang mengerikan jika matahari mulai membenamkan dirinya hingga tak nampak. Perasaan yang tak karuan menggelayuti diri hingga pada akhirnya aku terlelap. Di pertengahan malam ketika semua orang terlelap dengan buaian mimpi indahnya aku justru terbangun diatas ketidak sadaran dan kendali normalku. Mungkin hanya sebatas ilusi yang aku kira, namun ternyata semuanya adalah nyata dan menghunus segenap kesadaranku yang mulai terkungkum dalam ketakutan. Sadar ataupun tidak aku berjalan menyusuri desa dan terhenti pada suatu tempat dan akhirnya aku terbangun. Setip malam terus terulang kejadian itu namun dengan tempat akhir aku berhenti sebelum aku terbangun. ANEH…!!!
Akhirnya penderitaan ku semasa kecil tentang misteri ini berakhir setelah kurang lebih tiga tahun lamanya ketika aku di bawa ke seorang pemuka agama yang disebut pak yai (jawa) di desaku. Akhirnya masa kecilku kembali ceria tanpa dihantui mistis yang setia menemaniku setiap siang dan malam.
Aku bingung harus nulis apa, semuanya terasa buntu dan bahkan terasa teramat sangat tidak ada inspirasi sedikitpun. Aku gak tahu harus bagaimana menyalin perasaan yang kini tertambat di otakku membentuk uraian kata yang singkat atau justru panjang lebar tak berujung mengenai lukisan perasaan ini. Apakah yang ini dinamakan syndrome merah jambu atau yang lebih dikenal degan “Jatuh Cinta/fall in love” Entah!
Kepada siapakah aku jatuh cinta? Kepada diakah? Perempuan yang belum aku tahu namanya? Perempuan yang tiga hari terakhir ini menyita segenap perasaanku dan pikiranku, memaksaku kembali menerima kenyataan tentang hidup kembalinya perasaan cinta yang kumiliki setelah sekian lama mati dan terkubur dalam pasung hatiku. Apakah tidak terlalu dini untuk mengucap syndrome merah jambu yang menghujam palung hatiku. Entahku tanpa mengabaikan dengan semua yang ada dan membaur dalam diskusi kehidupan yang senatiasa berjalan tanpa pernah kompromi. Syndrome merah jambu ternyata telah berhasil memaksaku untuk mengusungmu dalam imajinasiku. Meski kutahu terlalu bodoh untuk berpikir dan berkhayal terlalu jauh untuk semua ini, apakah dia mempunyai perasaan yang sama terhadapku bahkan tidak sama sekali. Sekali lagi entah…!!! Saat ini aku tidak ingin terlalu mencabuli pikiranku sendiri, dengan semua ini, Syndrome Merah Jambu..!! semoga dia membaca tulisan yang mungkin tak layak untuk dibaca,,,
Siapa dia?
Siapa perempuan itu?
Perempuan yang memiliki mata indah itu,
Tatapannya yang sejenak namun menenangkan
Tatapan yang sampai saat ini masih melekat tajam dalam benak
Siapa dia?
Perempuan yang belum aku tahu namanya
Perempuan yang menyimpan beribu rahasia….
Misterius menurutku..
Menarik segenap khayal dan ambisiku..
Siapa dia?
Perempuan yang berhasil mencabuli pikiranku
Siapa dia?
Ingin aku mengenalnya dalam,
Namun tak dapat aku berucap bila sampai aku menatapnya,
Di sudut ruang yang sempit tak bernyawa,
Melihatnya dari jauh pun, aku tak kuasa tuk mengurai semua keindahan
Untuk mengurai segala keindahan yang kau cipta akhir-akhir ini
Siapa dia?
Hilang semua gelisah yang menguntit malam penatku. Terang bulan yang begitu indah membentuk bayang dibawah tubuhku yang berjalan pelan meniti gang sempit tak berpenghuni. Memang tanpa aku ketahui dan menyadari entah kemana kaki ini melangkah. Tak berarti namun pasti! berjalan yang akhirnya berujung pada sebuah pengharapan, pada sebuah mimpi yang kelihatannnya sepele dimata orang lain dan bahkan mereka akan tertawa jika aku menyebutkannya. Sebuah pengharapan dan mimpi yang teramat sangat simple dan sederhana.
Sebelum aku menuliskan tentang harapan dan mimpiku yang simple dan sederhana, terlebih aku akan menceritakan tentang siapa aku yang sebenarnya. Aku terlahir hari Selasa Kliwon dikala fajar menyingsing tepat setelah adzan subuh tanggal 19 bulan Maret tahun 1991 di sebuah desa yang dulunya sangat terpencil pertengahan antara pegunungan dan pantai yakni Desa Bangsri yang meginduk dengan Kabupaten Jepara atau kebanyakan orang menyebutnya kota Ukir. Sebuah kota kecil yang kaya akan seni serta keindahan pantainya. Tak luput juga disanalah terlahir seorang pahlawan emansipasi wanita yang setiap tanggal 21 April dijadikan salah satu hari Nasional. Beliau adala R.A Kartini, pasti kalian sudah mengerti semua. Tak perlu dijelaskan tentang beliau karena disini saya hanya akan membahas kisah silamku. Aku dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, kaya tidak miskin pun juga tidak. Aku bersyukur dilahirkan dan dibesarkan keluarga ini. Kasih sayang dan perhatian yang tiada taranya oleh kedua orang tuaku. Ayah yang berperawakan sedang dengan ototnya yang kekar menghiasi seluruh bagian tubuhnya jika dilihat nampak dari luar. Laki-laki pekerja keras dan galak. Ayah yang selalu menanamkan dalam diriku sejak kecil tentang nilai-nilai agama dan juga ilmu aplikasi kehidupan kelak jika aku besar. ayah sering menekankan padaku “Jangan gampang menyerah pada keadaan. Bagaimanapun itu dan dimanapun itu, jangan perna menyerah pada nasib karena nasib itu bisa dirubah kalau kita mau bekerja keras untuk mengubahnya karena tidak ada sesuatu yang tidak mungkin kecuali takdir telah menentukan hal yang berbeda terhadap perlakuan kita” tutur beliau yang hingga kini masih terpatri dalam sanubari ini. Kini aku akan menceritakan tentang ibuku, ibu nomer satu seluruh dunia. Perempuan yang melahirkan aku dari rahimnya adalah ibu yang paling baik dan paling mengerti apa yang aku inginkan. Paling bisa memahami bagaimana keadaanku dan perasaanku. Perempuan yang setiap harinya memakai kerudung ini adalah orang yang berpengaruh bagiku semenjak aku kecil dan sampai kini aku tumbu menjadi anak dewasa. Tutur dan kasihnya yang tiada terganti oleh apapun. Oleh karenanya aku pernah berjanji dipangkuannya saat aku terisak, kalau aku tidak akan pernah mengecewakannya dan membuatnya sedih walau bagaimanapun. Tak cukup ribuan batang emas yang akan mampu kupersembahkan untuk beliau. Hanya pengabdian yang tulus dan kebanggan yang dapat kuberikan pada sesosok wanita yang penuh semangat dan senyum ini. Sosok ibu yang lemah lembut nomer satu didunia bagiku.
betapa sedih memang... ternyata apa yang aku takutkan itu terjadi!! apa yang tidak aku inginkan itu menjemput nyata!! sebuah pengharapan yang kini terbungkus dengan penyesalan..!!! betapa sakitnya hati ini setelah melihat dan tahu sebuah huruf yang mungkin menjadi petaka dan nestapa ini merundung hati, keramat yang mungkin tersemat di saaat hariku sedang sulit bahkan menghimpit..
ahhhhhhhhhhhh,,,,, apakah ini bentuk sejati keramat??? kemana kini aku harus melangkah bila semua itu adalah harap semu???? Tuhan bantu aku dalam tangis yang kini mendera batinku...!!! dalam keadaan yang serba tak jauh dari gelap. tak ada sinar sedikitpun... tak ada sama sekali...!! Tuhan, apakah ini semua mutlak kesalahanku???