Minggu, 10 April 2011

Gajah dan Kucing di Ujung Dawai

Standard
Apakah yang orang ketahui tentang gajah dan kucing? Apakah ada sesuatu yang mereka sembunyikan selama ini? Yang tidak mereka beritahukan kepada khalayak ramai untuk suatu rahasia yang tak perlu diungkap? Sebelum semua misteri itu diungkap disini, akan lebih dulu kta bahas mengenai apa yang diketahui mengenai deskripsi orang tentang gajah dan kucing. Satu hal yang pasti yang akan mereka deskripsikan adalah apa yang telah mereka lihat secara kasat mata tentang yang disebut gajah dan kucing. Gajah adalah hewan yang besar, mempunyai belalai panjang, umumnya berwarna coklat kehitaman, mempunyai gading putih panjang yang bernilai jual tinggi sebagai hiasan. Tidak berbulu, adapun hanya ada sedikit bulu pada pangkal ekornya  dan senan bermain dengan air. Penjelajah belantara yang tangguh dengan badannya yang super besar dan kuat. Itulah deskripsi yang mencolok dikatakan tiap orang jika ditanya mengenai gajah. Apakah diantara kalian yang mempunyai definisi yang berbeda? Aku yakin, kalian pasti punya, hanya saja kalian malu-malu untuk mengatakannya saja. Entah karena memang mengerti dengan sangat paham atau justru tak mengerti dan tak paham sama sekali. Hahaha hanya bercanda jangan dimasukkan hati ya?
Kedua yang akan dideskripsikan adalah kucing. Siapa yang mahu memberkan deskripsi atau gambaran mengenai hewan satu ini? Ayolah jangan malu-malu untuk mengatakannya,  aku tahu kalian punya argument… ya,sudahlah kalau tidak ada yang mahu menjawab akan kujawab sendiri kalau begitu. Tapi ingat, tidak ada yang boleh protes dan mengingkarinya, karena bisa berbahaya. Aku ini feodal, aku mudah tersinggung, jadi kalian diam saja ya…. Eitsss ternyata ada yang mengacungkan tangannya!
 “Hei kenapa kau acungkan tanganmu? Apa kau mahu mendeskripsikan tentang kucing ini atau kau tak setuju jika aku yang menjelaskannya?“ tanyaku pada sesosok perempuan yang mengacungkan tangannya
“Aku mau mendeskripsikannya! Apa kau keberatan?” sahutnya
“Tentu saja boleh” nadaku bijaksana
                “Kucing menurut gw, hewan yang lucu, imut, jinak dan bisa dijadikan teman yang baik!” jabarnya simple dan jelas

Itulah penjelasan kucing menurut sesosok wanita yang pernah aku lihat sebelumnya. Namun aku lupa entah dimana aku pernah melihat dimana sebelumnya. Sesosok perempuan yang pernah aku kenal. Ahhh… tapi dimana?? Sebentar, aku coba mengingatnya. “ahaaa.. aku ingat dia sekarang, sesosok gadis yang menemani pagiku dengan suara lirihnya, senyum dan tawanya yang menurutku manis diantara kedua sudut bibirnya yang selal terkembang ketika aku bicara dengannya”. Ternyata dia,,,, ehhh cukup disini bukannya aku ingin membahas kucing dan gajah? Kenapa justru aku membahas tentang dia, tapi tak apalah menurutku. Toh cerita ini aku yang membuatnya, sesuai imajinasiku, khayalku dan bahkan mimpi tingkat dewaku.
Tenang saja, karena antara gajah dan kucing, aku dan dia ini ceritanya merupakan satu bagian. Sinkron dan berkesinambungan. Kenapa bisa? Karena cerita ini adalaha bagian dongeng pagiku sebelum terlelap, sebelum aku bercumbu dengan mimpi-mimpiku dan segala aktivitasku esok. Jadi langsung saja saya perkenalkan bahwasannya saya sendiri ini adalah gajah, G.A.J.A.H. yah kalian pasti bingung seribu bahasa kenapa aku bisa disebut demikian. Badanku tidak terlalu besar, buncit juga tidak, gede apalagi, makan rumput tidak sama sekali. Namun kenapa aku disebut gajah? Yah itulah, sebuah kisah yang terurai dibalik pekatnya malam bertabur bintang. Dongeng sebelum tidur yang setia menemaniku diantara pertikaian waktu. Ejekannya yang khas ketika kata gajah terurai dari bibirnya. Ejekan yang menenangkan hati (ha… 3x lebay gillllaaaa). Namun itulah adanya diskusi yang ditawarkan ketika kudengar suaranya yang lirih selaksa percikan air surga yang turun perlahan membasahi muka.
Kini waktunya telah tiba, akan kuperkenalkan dengan kucing yang beda dari biasanya. Sesosok gadis itu ternyata adalah kucing. (Haha…semoga gak ada yang tersinggung dan tersungging). Yah gadis itu bernama asli Fhina. Gadis pendongeng pengantar tidurku, pelupa dan seneng banget kalau ngejek orang. Kenapa? Entah mulai kapan aku bisa dan mulai memanggilnya kucing, namun yang pasti aku mulai memanggilnya ketika tengah asik bercanda dalam dawai diskusi  panjang diantara rinai hembusan dingin selimut malam. Celetuk yang menghasilkan nama akrab sekaligus ejekan untuknya. Entah harus kujelaskan bagaimana lagi mengenai nama ini, aku confused untk nge-jelasinnya. Satu hal yang pasti sebenarnya nama ini adalah rahasia yang tidak patut untuk diberitahukan kepada khalayak ramai. Namun tak apalah, daripada rasanya membelenggu dan mengikat lebih baik aku menuliskannya dalam blog-ku ini.  Sekedar iseng dan sharing diantara penat lipatan kertas yang harus kubaca untuk menghadapi ujian esok.
Jelas sudah apa yang disembunyikan gajah dan kucing selama ini. Sebatas imajinasi yang terlalu membumbung tinggi entah dimana muaranya. Penghunus lara yang menjelma sebagai sebutan yang menurutku indah dan pendongeng sebelum kulelap dalam mimpi. KUCING)* dan GAJAH dua nama yang sering orang dengar dan mereka sayang. Hahahaha. 

Note :
)* : Especially for you, Thanks to kucing (Fhina) untuk waktu, tawa, cerita, dongeng dan semua yang bisa ku uraikan dengan kata-kata. Terimakasih untuk telah bisa membuatku terlelap tenang diantara waktu pagi yang menghimpi. Thank u more than you know!

Bogor, 9 April 2011

0 komentar: