Hanya saja aku masih berpikir
Diantara gelap malam yang selalu datang
Diantara senyum sang bintang yang meradang
Buaian melodi jangkrik-jangkrik kecil yang mengerik
Berdesir daun kering tertiup angin pancaroba
Secangkir kopi susu yang tergeletak diatas anyaman bambu
Menanti di seruput bibir kering berlumur nikotin
Pikiranku masih bercabang
Bahkan semakin menjadi ketika semua yang dulu pernah mengalun
Datang dari ingatan yang kubuang
Sejenak mimpi dan harapanku pupus sudah ditelan badai ganas samudra
Aku yang mati-matian mencoba membuang semua pikiran ini
Bukan tentang apa-apa
Bukan tentang kehidupanku yang semakin lama kian terpuruk
Hanya saja tentangmu yang membuatku takut kehilanganmu
Hanya saja tentang jalan yang kurapal dan kuhaluskan dengan benang sutra
Akankah hancur begitu saja karena satu sebab
Ya…ya…ya..ya..
Satu sebab yang akan melahirkan beribu akibat
Pada suatu masa nanti
Masa mendatang yang tak dapat ku lihat dan kutuliskan
Masa mendatang yang belum pernah ku raba bahkan ku kecup
Semuanya tentangmu…
Ibarat mutiara yang berada di laut dalam yang tak dapat di usik
Apalagi oleh orang sepertiku
Buih ditepi pantai yang terombang-ambing
Mustahil jika aku dapat menerjang dalamnya samudra sendiri
Aku akan hancur tak bersisa
Hanya saja aku masih berpikir
Bukan bernyanyi dengan nyanyian keputus asaan atau penuh kegalauan
Hanya pikiran dan rapalan doa-doa mustajab yang aku lantunkan
Dianatara pertengahn malam dan pagi yang menjemput
Hanya doa-do yang keluar dari mulutku
Memanjat susah di dinding-dinding basah berlumut
Hanya saja aku masih berpikir
Apa yang akan aku alami nanti
Tentangmu…
Tentangku….
Tentang jarak dan dinding pemisah diantara kita
Akankah roboh menimpa hrapan yang aku kirimkan brsama merpati tetanggaku
Sepucuk doa yang ku kaitkan di kaki-kaki lemah sang merpati…
Untuk-Mu Tuhan…
Satu bait keinginanku
Untuk bias menyatu dengannnya..
Bogor, 00:17 Selasa 05 Juli 2011
0 komentar:
Posting Komentar