Kamis, 05 Januari 2012

Setangkai Alasan

Standard
Tepatnya aku tak tahu harus mengucap apa
Seperti derita yang mengapung diujung senja
Menanti rintik hujan mereda dibingkai nestapa
Dan hasrat para kurcaci mencela para pujangga

Rise me up...
Bantu aku untuk berdiri,
Bantu aku untuk kembali tersenyum,
Bantu aku untuk kembali tertawa,
Tidak ada lagi belalang sembah yang hanya bisa diam,
Tidak ada nyata yang akan memporak-porandakan dagingku

Berawal dan berakhir tanpa kutahu mengapa
Sekiditpun tak bergeming,
Entah noda apa yang telah kulekatkan dan terkulai dalam hatinya,
Sehingga sedemikian bencinya dia padaku,
Gadis kecil berparas ayu nan jelita…

Rise me up…
Kembali ke sempurna purnama malam gemintang,
Kembali ke dalam buain altar merah bersahaja,
Kembali dalam pangkuan senyum dan tawa yang setia mengalun,
Untuk sejenak melupakan hari yang telah lalu,

Entah aku siapa,
Belalang sembah yang hanya bisa terpaku menatap keindahan
Tiada daya dan upaya yang terlaksana
Hanya saja ada anjing yang mengonggong ramai riuh
Bertepuk tangan akan rasa yang tercipta,

Memang benar adanya,
Kenapa harus kupertanyakan,
Kenapa harus kuperjelas waktu silam,
Lewat selembaran sampah dalam inbox mail mu,
Kenapa harus ada tanya yang kuperjelas,
Toh, aku bukan siapa-siapa
Hanya seekor belalang sembah yang hanya bisa menggerutu…

Namun, apa salahnya…
Jikalau sepatah alasan dapat kuterima darimu…
Sepahit apapun,
Meski lebih pahit dari secangkir topi miring,
Biar jelas apa dan kenapa…
Tak menjadikan bayangan yang sering berkelebat dalam tidur malamku,
Tak hanya diam dan diam
Diam, bahasa yang tak dapat aku terjemahkan,

Kunanti setangkai alasan di seberang senja abu-abu,
Hanya itu…
Tak lebih!

Bogor, 5 Januari 2012
Noktah : Setangkai Alasan


0 komentar: