Kedua sayapku basah ditetesi butiran embun pagi
Kepakanku tak lagi sekuat dulu
Merapuh bahkan hampir patah
Diterpa semilir bayu yang tak seberapa besarnya
Aku tak mampu lagi untuk terbang
Seperti dulu, mengepakkan sayap-sayapku diantara kabut putih
Hinggap dimana saja aku mau
Kini, semua hanyalah bayangan dan bualan
Di dahan cemara kering dan mulai meranggas ini aku hidup
Menanti keajaiban datang
Menghampiriku dan merenda sayapku yang rapuh
Hidup tak dapat ditebak
Harapanku pun hanyalah sebatas harapan
Harapan usang yang mulai berdebu
Berjalan tidak seperti yang aku mau dan impikan
Seperti matahari yang selalu terbit di timur dan terbenam di barat
Tuhan telah berbicara
Lewat pusara peristiwa yang mengambang
Di atas samudra pengharapan
Mengalir buih pantai bersama deburan ombak
Mengikis angkuhnya batu karang
Sepi berbicara…
Salah beradu…
Baying meronta…
Kapanakah aku dapat berdiri tegar,
Kemudian lari bahkan dapat kembali terbang dengan kedua sayapku,
Tuhan,
Berikan aku petunjuk terbaik yang dapat aku jalani…
Tunjukkan aku sejengkal jalan dengan setitik cahaya
Kembalika aku dalam sasarmu,
Biarkan aku merangkul dan selalu berbisik padamu
Agar aku tak jauh…
Agar dapat selalu memintamu…
Memberikan sebuah keajaiban untukku
Untuk kedua sayap rapuhku yang hampir patah
Membiarkan aku terbang…
Jauh…jauh…jauh…jauh…
Untukku dan untuk mereka
Bogor, 13 Mei 2011
0 komentar:
Posting Komentar