Selasa, 08 November 2011

Bukan Aku

Standard
Hari-hari yang kulewati kini tak lebih dari nilai seonggok sampah dipinggiran pasar. Menebarkan bau busuk dan tak bernilai sama sekali.  Entah apa yang ku alami kini di bawah kesadaran yang masih terpatri dalam jiwaku. Sebenarnya apa yang terjadi pada aku ku Tuhan? apa yang telah engkau berikan padaku saat ini? Tuhan aku tak sanggup jika harus seperti ini terus menerus, aku akan hancur berserak tanpa daya. Sudah satu minggu lebih lamanya aku merasakan hal yang tak bisa ku ungkapkan dan kulukiskan dalam kata-kata. Lidahku kelu untuk mengucap, sikapku berubah 180 derajat. Kepada siapa saja, kepada mereka yang mewarnai hari-hariku, apalagi kepada mereka yang belum ku kenal sama  sekali. Aku butuh penjelasanmu Tuhan, aku tak sanggup jika harus lebih lama lagi seperti ini. Berada pada suatu tempat dan waktu yang asing bagiku. Aku yakin diriku sekarang ini bukanlah aku, diriku sekarang ini bukanlah aku yang sutuhnya, diriku sekarang ini adalah orang lain. ragaku memang asli, namun jiwa dan pikiranku sebenarnya bukan aku. Aku yakin itu, yakin seyakin yakinnya bahwa ini memang bukan aku.
Semua yang kulakukan akhir-akhir ini bukan kemauan dan kendaliku. Aku, Arghhhhhhh….. tak dapat lagi aku berujar dengan mantra kosong tanpa arti. “Hei, siapakah gerangan engkau yang menaungi jiwa dan ragaku ini, cepatlah kau keluar dan pergi jauh dari kehidupanku!”. “Apa yang kau minta dariku, sehingga kau begitu kejam membuatku seperti ini? tak cukupkah kau membuatku menderita seperti ini?” Semua yang kulakukan hanyalah kosong. Tak ada makna yang terkandung dalam setiap langkah dan jejak yang tercipta. hanya saja ketidak tahuan yang mengakar pada kebingunganku sendiri.
Tuhan, aku ingin lepas dari belenggu ini. aku ingin lari dan hilang dari semua ini. hari-hari yang tak dapat aku cerna meski kesadaran yang kucipta telah memagutku. Aku ingin bebas, aku ingin kembali lagi seperti dulu, aku ingin ceria, aku ingin tersenyum seperti aku (aku yang dulu). Tegar dan kokoh meski goncangan yang Engkau berikan padaku mampu meruntuhkan Jabal Nur dan menghentikan aliran Sungai Eufrat karena kau ada selalu dalam ridhomu. namun, semuanya kini nampak begitu nyata dan berbeda Tuhan. Aku lemah, aku rapuh, aku tak berdaya menghadapi apa yang engkau berikan, meskipun itu kecil.

Tuhan jawablah semua doa-doaku…
Tuhan bicaralah…..
Tuhan bicaralah….
Aku tak sanggup Tuhan,
Aku tak sanggup jika harus seperti ini….
Again, again and again…
It’s hurt me….
Tuhan semoga Engkau tak tuli…
Aku yakin Engkau tak tuli Tuhan,
Engkau Maha Mendengar…
Aku tahu itu….

Bogor, 11 Oktober 2011

0 komentar: