Jalanku terhuyung
Lemah menapaki lorong-lorong sempit landai
Meninggalkan tapak-tapak jejak kosong
Kiri…
Kanan…
Hingga, tapak lemahku terhenti dalam suatu bentuk,
Hariku adalah namamu. Hari-hari akhir yang kutuliskan tak lain hanyalah namamu. Menggurat di atas samudera pengharapan yang tandus dan terjal. Entah berapa purnama yang telah terlewati sejak itu. sejak pertemuan pagi itu. mentari memerah menyala, menerangi gelap dan pekat yang menyekat. lakumu, tawamu, candamu adalah mentari. Seringaimu ku anggap tak lebih hanyalah rayuan sang kembang pada sang kumbang untuk singgah.
lakumu yang cantik…
tawamu yang eksotik…
candamu yang nyentrik…
telah menghias kendali purnama yang telah lewat,
Entah ada apa dengan perubahan 180 derajat, entah berubah atau sengaja mengubah. malam-malam yang tak lebih dari satu purnama terasa indah berhias kesejukan tulis manjamu. Kini tiada lagi datang. kini tiada lagi mengalir. Hanya kekosongan yang mengalir pada ujung malam. Atau munglkin hari—hari akhir ini telah mengalir berita itu pada kedua telingamu yang kecil menggantung. Berita yang memang seharusnya ku ungkap dan kutuangkan padamu. Tentang ceritaku dengan dia, untuk hari-hariku yang telah terlewati dengannya. Namun, egoku lebih tinggi menjadi nahkoda atas kendali yang ada pada diriku. Entah suatu kewajaran atau entah apa namanya. Aku tak ingin bercerita padamu tentng berapa purnama yang telah berhasil kugenggam bersamanya. Karena satu hal, satu alasan yang tak perlu lagi untuk dijelaskan.
Entah kenapa para malaikat-malaikat itu menghunuskan rasaku untukmu. Apakah mata para malaikat telah di butakan dengan kecantikanmu yang menyala? Padahal para malaikat telah tahu kalau saat ini aku sedang merangkai hari bersamanya. Meskipun ikatanku dengannya tak sekuat tali baja penangguh bangunan menembus cakrawala.
entah rasa apa yang telah menghunus hatiku
tak dapat kujabarkan
tak dapat ku uraikan
meski dengan kata-kata para pengembara gurun berprahara
Akankah ada badai dalam perjalanan singkat ini. perjalanan yang akan menghangus lantahkan kaki-kaki lemahku yang tak mampu untuk berjalan sendu. Apa yang ada kini jauh dari harapan yang telah tercipta dalam babak baru kehidupanku. Sekali lagi dibalik pikiranku yang selalu di penuhi siksa dan harapan selalu hadir bayangmu dan bayangnya. Akhir-akhir ini, sedihmu adalah sedihku. Ketika melihat sebuah deretan status yang indah aku bahagia melihatnya. Namun sebaliknya jika kau bersedih aku juga turut merasakan apa yang engkau rasakan.
Tuhan tolong jelaskan padaku akan apa yang terjadi ini,
Jelaskan padaku tentang cerita ini,
Tolong aku Tuhan…..
Bogor, 20 November 2011
0 komentar:
Posting Komentar