Rabu, 05 Desember 2012

Cerita Kita Sama

Standard

Cerpen oleh: Rheinna Isabila dan Pangeran Galau


Jakarta, 1 September 2010

Cerita kita sama
Sama-sama pernah di campakkan oleh sang angin
Harapan kita sama
Sama-sama ingin berjalan dan terhenti dalam damai senja yang ungu
Mencoba berdiri diantara keterasingan
Ruang Sunyi 2010
***


Kebumen, 1 September 2010

Kereta yang kutumpangi masih melaju dengan cepatnya membelah sawah yang terbentang hijau. Kini mataku tak bisa berkedip melihat bingkai alam yang ada di hadapanku. Jogja tinggal beberapa jam lagi. Namun entah kenapa kali ini aku enggan untuk pulang ke kota asalku itu. Sepertinya ragaku ini tertarik ke arah yang berlawanan. Entah kenapa tak ada gairah tuk melangkah ke kota pelajar itu. Sungguh aku tak mengerti.
“Nak, kamu tidak itu tidak sendiri. Ada teman satu kandungmu yang berada di kota hujan sana. Kalian berpisah sejak kecil, sejak ayahmu meninggal. Ibumu dan kami bingung karena kami juga orang tak berpunya. Saudaramu pasti juga merindukanmu di sana. Suatu saat kalian akan bertemu, karena kalian masih dalam satu ikatan.”
Kata-kata Bibi masih terngiang di kepalaku. Sesaat setelah aku menginggalkan Brebes, kota asal Ibuku aku tak terlalu memikirkan pembicaraan itu. Namun sekarang aku benar-benar dibuat penasaran. Ternyata aku punya saudara kembar! Dan sampai sekarang aku tak pernah bertemu dengannya. Kami terpisah sejak umur 3 tahun. Itu sebabnya kenapa selama ini ada yang aneh dengan diriku. Ya Tuhan, kalau kau kehendaki, izinkan aku bertemu dengannya dalam waktu dekat ini.

***

Jakarta, 19 September 2010
Kesamaan kita adalah arti
Duka yang pernah menganga
Terhunus bayang hadirmu
Tawamu menjadi gairah
Candamu menjadi getarku
Celotehmu sempurnakan lemahku
Ruang sunyi, 2010
***


Yogyakarta, 20 September 2012
Kubuka laptop biruku yang sudah sekian tahun menemaniku dalam suka dan duka. Layar 14” yang selalu pasrah menampung keluh kesahku dalam bentuk kata-kata yang kusimpan dalam sebuah folder. Lalu kupublish di sudut web yang tak jarang ditengok orang kebanyakan. Kecuali aku dan dia. Tak pernah terlewat satu haripun kami mengisi blog itu dengan berbagai macam kata-kata romantis. Seorang pujangga itu, telah mengubah duniaku. Walaupun hanya lewat dunia maya, tapi kami berjanji suatu saat nanti kami akan bertemu. Kubayangkan dia benar-benar sosok yang kudamba. Aku jatuh cinta padanya. Pada syair-syair indahnya yang ia bisikan lewat monitor ini tiap malam.

***

Jakarta, 1 Oktober 2012

Ternyata, matahari itu datang
Menebas gelap yang memadati hariku
Aku nyaman denganmu,
Nyaman denganmu hadir dalam kehidupanku,
Tanpa mempedulikan kapan dan bagaimana ini bisa terjadi,
Meski mata kita tak pernah jumpa
Meski kau tak pernah beringsut di balik punggungku
Suatu saat akan kutemui dirimu, bidadariku
Rinda
Ruang Rindu 2010
***

Yogyakarta, 8 Oktober 2010
Betapa bahagianya hati ini. Dua hari lagi impianku untuk bertemu dengan pujangga itu tiba. Dia akan datang menemuiku di kota budaya ini. Kami akan saling melepas rasa penasaran yang membendung dan bertukar cerita secara langsung. Aku tak sabar menunggu hari itu. Rendy, aku akan menyambutmu dengan senyum dan hati yang berbinar.
***
Bandara Adi Sucipto, 10 Oktober 2010
“Berapa jam naik pesawat?”
“Lumayan kurang dari 1 jam, Rinda.”
“Wah, kapan-kapan aku mau dong naik pesawat ke Jakarta, tapi sama kamu yah!”
“Hehehe.. manja!”
“Hehe.. Ayo kita jalan-jalan keliling Jogja.
Nanti kuajak kau ke rumahku, ada Ibuku di rumah...”

***
 Yogyakarta, 20 Oktober 2010
Pertama melihatmu, aku merasa senang. Pertama menjabat tanganmu, aku senang. Pertama kali ku tatap matamu, ada suatu sinar yang menelusup ke dalam relung hatiku. Entah diantara kita ada suatu ikatan apa.
Tapi ketika kau sampai di rumahku, kau seperti lain. Saat bertemu ibuku kau serasa bukan seperti pertama yang kulihat. Begitu pula ibuku. Dia hanya diam atau malah tertegun melihat kedatanganmu. Kata ibu kau memang tampan. Persis seperti gambaran yang sering kuceritakan padanya. Dan satu yang lebih membuatku tersipu adalah... katanya kau mirip denganku. Ibu mengatakannya dengan muka yang datar, bahkan cenderung tegang. Entah ibu menyimpan misteri apa hingga sampai sekarangpun aku tak mengerti. Tapi harus kuakui, kau memang tampan suara kaupun merdu. Setampan kata-kata dan dan semerdu syair indahmu.
***
Jakarta, 1 November 2010
Cinta macam apa yang kurasakan?
Padahal kita sama dalam darah,
Cinta macam apa yang kitas diskusikan?
Kalau ternyata “aku dan kamu” adalah saudara 
Akankah ada sebuah pelangi yang mau menjelmakan dirinya
Menjadi sebuah jembatan yang menyatukan kita?
Pada suatu malam
Di Ruang kenyataan, 2010
           Tuhan, aku dan pujangga itu adalah kakak beradik!

____(*)_____



BIODATA PENULIS 
Rheinna Isabila adalah nama pena dari Pameta Filsabila. Lahir di Banyumas 6 Mei 1992. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta jurusan Penyiaran. Gemar menulis dan membaca sejak SD. Bercita-cita menjadi Sutradara dan penulis. Bila ingin bertegur sapa, penulis bia dihubungi melalui FB : http://www.facebook.com/pametafilsa  atau email : pameta_sabil@rocketmail.com

Pangeran Galau adalah nama pena dari Rohmad Subhan. Lahir di Jepara 19 Maret 1991. Tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir di Institut Pertanian Bogor. Kegiatannya sehari-hari selain kuliah adalah menulis, melukis dan berdiam diri di kamar. Penulis bisa dihubungi melalui FB : http://www.facebook.com/RohmadSubhan Atau melalui email : pangeranlovavesca@gmail.com 





0 komentar: