Kenapa datang masa ini. Masa yang sebenarnya tak ingin ku ulangi kembali. Masa yang tak bisa kutebak kapan datang dan perginya. Kembai lagi, aku harus menata hati. Mulai dari serpihan-serpihan kecil yang tercecer di ruang berongga. Harus kupunguti satu per satu hingga tiada sisa. Seperti membenamkan diri dalam lumpur hidup dan kemudian dengan mudahnya tersedot hingga tiada. Disini, di malam yang indah entah hilang kemana. Bintang-bintang malam yang hilang ditelan badai hitam. Diatas altar sang langit yang luas sekalipun. Tak kutemukan setitik cahaya bintang malam ini. Hanya ada sang bulan sendiri berpangku tangan. Memapah dirinya dalam gelisah. Ada apa dengan hari, ada apa dengan hati?
“Sekar Ayuning Ratri”, berjalan sendiri diatas jembatan kemuning emas. Langkahnya gontai, senyumnya pasti, wajahnya memang seperti itu. Dilahirkan dari rahim seorang ibu atau entah dari rahim seorang dewi khayangan. Hanya sketsa yang bisa aku hadirkan malam ini. Bukan tentang sketsa angsa putih yang ada di danau pekarangan sebelah. Bukan pula sketsa pelangi yang menukik diantara bukit-bukit pegunungan yang rimbun.
Jujur aku kacau. Entah apa yang menjadi penyebab dari semua kegundahan yang ada. Tiba-tiba datang, menyeruak hadir , memberi cahaya kemudian redup, kemudian hilang dan entah kemana. Damn, kisah apa yang harus terjalani kembali? Apakah kotak yang dulu kusimpan rapat telah terbuka kembali. Tapi, siapa yang telah menemukan kunci yang telah ku buang didalamnya samudera kehidupan? Siapa yang berhasil menemukannya dan membukanya kembali?
“hanyalah aku,yang tertinggal disini. Bukan apa-apa dan siapa-siapa. Hanya selembar nyawa yang terlalu menganggap besar dunianya. Walau kadang-kadang tersesat di dalamnya.”
Untuk langit. Untuk bumi. Untuk hidup. Dan untuk semua hal-hal mencengangkan yang terjadi diatasnya. Untuk semua kisah yang tak kutahu apa isinya. Hal besar apa yang akan terjadi dan menggantikan kisah-kisahku yang rumit ini. Atau bahkan menambahkan beban dipungguku yang semakin renta.
Apakah ini perihal cinta….?
Sebuah isyarat yang mungkin menjadikanku seperti ini,
Jalan yang sukar dan curam,
Dekaplah jika memang sayapnya tlah memelukmu,
Walaupun pedangnya yang tersembunyi diantara sayap-sayapnya bisa melukaimu
Dengarkanlah kalau dia bicara padamu, percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia kan menyalibmu.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia kan menyalibmu.
Aku tak ingin seperti ini terus menerus. Terkepung dan tersudut dalam tempurung. Tak bisa leluasa ku bermain dengan hari dan berlari-lari mengejar mimpiku ditapal batas. Hariku masih panjang meski aku tahu mata-mata itu selalu bersembunyi dibalik dedaunan. Diantara gemericik air yang mengalir di atap rumah. Biarkan menjadi rahasia antara aku dan perasaanku. Antara aku dan cerita cinta yang berhasil menggauliku. Biarkan aku menyimpannya dalam rak-rak yang telah kusediakan sebelumnya.
See you tomorrow and I know it’s gonna be alright…
Senin, 9 April 2011 22:13 WIB
Bogor,
0 komentar:
Posting Komentar