Jumat, 29 Juli 2011

Please tell me...

Standard
Empat puluh delapan jam lebih
Entah berapa menit ataupun detik yang mendetak
Di dinding usang yang terus menua
Tik..tok…tik…tok…tik…tok
Getar nadanya sama dan berirama
Menjadi melodi batin dan kesunyianku…

Dimana kamu?
Di suatu titik bumi yang tak dapat aku jamahkah?
Aku tak pandai menerjemah permainanmu
Aku tak dapat mencerna apa yang sedang ada dalam pikirmu
Aku bukan malaikat
Aku bukan nabi
Bukan pula Kahlil Gibran yang pandai bermain kata dan perasaan
Aku hanya manusia biasa
Merasakan rindu, sedih, tawa bahkan tangis darah sekalipun

Apa kau mulai jenuh dan bosan?
 Atukah aku yang sudah tidak peka akan semua ini…
Tidak peka akan isyarat yang telah kau lukiskan
Di dinding langit yang mulai berkeriput
Ataukah kau juga merasakan apa yang aku rasakan kini?
Ataukah justru…. Entah!!

Setiap detik begitu berat
Merambat lambat dan berduri
Setiap saat ku coba hubungi
Jauhmu disana bagaimana?
Lewat segenggam ponsel tak bernyawa…
Lewat pesan singkat dan juga suara chip microphone yang tertanam
Hasilnya berulang dan sama
Nihil…
Gagal total…
Karena apa?
Diskusi yang aku pikirkan dan berkecamuk dalam benak
Menggelayut dalam mimpi di ujung malam

Dimanakah kau berada??
Dimanakah kau berada sayang??
Kemana perginya lentera pembawa sinar hidupku??
Entah dimana kau berada…
Satu pintaku padamu…
Jangan kau buatku bertanya-tanya seperti ini…
Please tell me…
Please give me knowing about you…
How are you now?
Hanya itu….
Hanya itu saja…

Bogor, 29 Juli 2011

Selasa, 26 Juli 2011

Minggu, 24 Juli 2011

Sepi

Standard
Di tepian garis luar tempatku berteduh
Aku duduk seorang diri
Hanya sebatang rokok penuh racun yang menemani kesepianku
Asapnya menaburkan kedamaian meski sejenak
Menyusup masuk ke dalam alur pikir dan gundahku
Menyibak kesepian yang menguntit setia

Kepulan demi kepulan…
Setiap asap yang berhembus adalah harapan
Ada setitik doa yang terlantun dan mengudara
Melayang diantara butiran asap yang kian tinggi menyatu dengan mega-mega

Lewat asap aku bernyanyi…
Setiap tarikan dan hembusan adalah nyawa
Lewat asap aku bersenandung…
Bukan tentang kebahagiaan ataupun tawa
Hanya tentang melodi pilu dan kesepian
Bagai bumi yang merindu akan titik air untuk membasahi
Bagai keledai yang ingin keluar dari lubang pesakitan

Ha..ha…ha..ha…
Tawaku palsu…
Hanya untuk menghibur diri
Dibalik kesepian dan kerinduan yang meradang
Menendang dan membuatku tersungkur
Tanganku tak dapat lagi melukis
Garis-garis pucat wajahmu di langit
Tanganku tak mampu lagi…
Membengkokkan pelangi dan mengukir namamu…
Sepi disini…
Sepi….
Sepi sekali….

Bogor, 24 Juli 2011


Senin, 11 Juli 2011

Apa yang seharusnya ku urai (tentangmu)

Standard
Maafkan aku…
Kini mulai rapuh,
Entah karena perbedaan atau apapun
Maafkan aku…
Mungkin tak dapat berdiri setegar dulu
Yang masih bisa tersenyum dalam tangis sekalipun
Yang masih bisa tertawa diatas luka yang menganga sekalipun

Namun, kini tampak berbeda
Entah karena matahari yang angkuh bercokol diatas pusara bumi
Entah karena matahari yang terus mencaci dan menghinaku
Entah karena bulan yang mulai enggan menyinari malamku
Entah karena burung pipit yang tiada berkicau di ranting kering cemara depan kamarku
Entah karena ilalang yang meranggas di padang tandus
Terlukis dalam benak disela pikir panjang pangeran galau
Sebuah nama yang mungkin menggelayut disetiap pikir…

Maafkan aku sayang…
Jika akhir-akhir ini aku tampak murung
Seperti keledai yang terjerembab di lubang pesakitan
Bukannya aku tak bahagia mendengar kata-katamu
Bukannya aku tak bahagia mendengar tawa dan celoteh manjamu
Namun, aku takut jika itu semua terbang jauh…
Terbang dengan kepakan sayap-sayap pelangi yang tak ku miliki

Maafkan aku sayang,…
Aku hanya butuh keteduhan dan kejernihan
Berpikir dengan rasa jernih dan sadar, sesadar-sadarnya…
Untuk hubungan kita…
Untuk perbedaan diantara kita…
Untuk semuanya antara kau dan aku…

Berat hati jika pada suatu masa dan ketika
Harus melepas seseorang yang benar-benar ku kasihi…
Butuh sedikit waktu untuk mencintaimu…
Namun, butuh bertahun-tahun bahkan hingga ajal keluar dari raga ini untuk melupakanmu
Aku tak ingin berpisah darimu sayang,….
Sebait melodi ini mengalun menjadi baitan doa selalu kupanjatkan
Untukku…
Untukmu…
Dan untuk kita….

Maafkan aku sayang….
Berkan waktu untukku merenungkan semua ini…

Bogor, 10 juli 2011

Jumat, 08 Juli 2011

Judul Sama Isinya entah kagak tau kayak gimana!!

Standard

Hanya saja aku masih berpikir
Diantara gelap malam yang selalu datang
Diantara senyum sang bintang yang meradang
Buaian melodi jangkrik-jangkrik kecil yang mengerik
Berdesir daun kering tertiup angin pancaroba

Secangkir kopi susu yang tergeletak diatas anyaman bambu
Menanti di seruput bibir kering berlumur nikotin
Pikiranku masih bercabang
Bahkan semakin menjadi ketika semua yang dulu pernah mengalun
Datang dari ingatan yang kubuang
Sejenak mimpi dan harapanku pupus sudah ditelan badai ganas samudra

Aku yang mati-matian mencoba membuang semua pikiran ini
Bukan tentang apa-apa
Bukan tentang kehidupanku yang semakin lama kian terpuruk
Hanya saja tentangmu yang membuatku takut kehilanganmu
Hanya saja tentang jalan yang kurapal dan kuhaluskan dengan benang sutra
Akankah hancur begitu saja karena satu sebab

Ya…ya…ya..ya..
Satu sebab yang akan melahirkan beribu akibat
Pada suatu masa nanti
Masa mendatang yang tak dapat ku lihat dan kutuliskan
Masa mendatang yang belum pernah ku raba bahkan ku kecup
Semuanya tentangmu…
Ibarat mutiara yang berada di laut dalam yang tak dapat di usik
Apalagi oleh orang sepertiku
Buih  ditepi pantai yang terombang-ambing
Mustahil jika aku dapat menerjang dalamnya samudra sendiri
Aku akan hancur tak bersisa

Hanya saja aku masih berpikir
Bukan bernyanyi dengan nyanyian keputus asaan atau penuh kegalauan
Hanya pikiran dan rapalan doa-doa mustajab yang aku lantunkan
Dianatara pertengahn malam dan pagi yang menjemput
Hanya doa-do yang keluar dari mulutku
Memanjat susah di dinding-dinding basah berlumut

Hanya saja aku masih berpikir
Apa yang akan aku alami nanti
Tentangmu…
Tentangku….
Tentang jarak dan dinding pemisah diantara kita
Akankah roboh menimpa hrapan yang aku kirimkan brsama merpati tetanggaku
Sepucuk doa yang ku kaitkan di kaki-kaki lemah sang merpati…
Untuk-Mu Tuhan…
Satu bait keinginanku
Untuk bias menyatu dengannnya..

Bogor, 00:17 Selasa 05 Juli 2011